GresikSatu | Banjir akibat meluapnya Kali Lamong kembali meluas. Kali ini, genangan air tidak hanya terjadi di daerah yang dilintasi aliran sungai, tetapi juga merambah ke wilayah lain, seperti di Desa Boboh, Kecamatan Menganti, Gresik.
Akibat banjir ini, setidaknya 482 warga terdampak tidak bisa berbuat banyak. Ketinggian air yang mencapai pinggang orang dewasa, sekitar 80 cm, membuat beberapa warga terpaksa mengungsi ke rumah saudara yang berada di lokasi lebih tinggi.
Selain merendam permukiman, banjir juga menyebabkan akses jalan utama dari arah Gresik menuju Surabaya, tepatnya di Jalan Kepatihan Gresik, terputus. Warga setempat menutup jalan untuk mencegah gelombang air masuk ke rumah saat kendaraan melintas.
Irfan, warga Desa Boboh, mengatakan banjir datang secara tiba-tiba dengan intensitas air yang langsung tinggi dalam hitungan detik, sehingga membuat warga kaget.
“Banjir datang tadi malam sekitar pukul 22.00 WIB. Air naik sangat cepat. Hingga malam ini, rumah masih tergenang air,” ucapnya, Senin (3/3/2025).
Akibat banjir ini, beberapa kendaraan terpaksa diparkir di Balai RW dan Balai Desa. Sementara itu, dapur umum mulai didirikan untuk membantu warga yang terdampak.
Akses Jalan Terputus 600 Meter
Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Gresik, FX Driatmicko Herlambang, menyebut banjir menyebabkan genangan sepanjang 600 meter di jalan utama.
“Jalan terputus karena tergenang banjir. Warga setempat menutup jalan agar kendaraan yang melintas tidak menimbulkan gelombang air yang bisa masuk ke rumah-rumah,” jelasnya.
DPRD Dorong Percepatan Normalisasi dan Pembangunan Tanggul
Wakil Ketua Komisi III DPRD Gresik, Abdullah Hamdi, mengatakan pihaknya merekomendasikan percepatan normalisasi Kali Lamong dan pembangunan tanggul sebagai solusi jangka panjang.
“Termasuk pembangunan kolam retensi di wilayah Balongpanggang dan Kedamean sebagai langkah untuk menahan luapan air agar banjir tidak semakin meluas,” ungkapnya.
Meskipun saat ini sudah ada kolam retensi di Tambak Beras, Kecamatan Cerme, kapasitasnya tidak cukup untuk menampung tingginya debit air.
“Percepatan pembangunan kolam retensi baru harus segera dilakukan sebagai solusi utama dalam penanganan banjir ke depan,” tandasnya.