GresikSatu | Pascagempa Magnitudo yang mengguncang Pulau Bawean, masih banyak bangunan sekolah terdampak yang belum direhabilitasi sehingga proses kegiatan pembelajaran di tahun ajaran baru akan dilakukan di tenda darurat.
Salah satu sekolah yang terdampak yakni SDN 339 Gresik tepatnya di Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik mengalami kerusakan parah.
Bangunan gedung hanya menyisakan 1 ruangan yang bisa difungsikan. Sisanya hanya barisan tembok dan atap yang roboh tak terjamah.
“Masih belum mendapatkan rehabilitasi, sekolah-sekolah lain sudah mulai diperbaiki. Sedangkan kami hanya mendapatkan ganti tenda dari Kemensos, sebab tenda yang pertama sudah rusak dan koyak,” ungkap Kepala Sekolah SDN 339 Gresik, Ida Sanjaya, Sabtu (13/7/2024).
Ia memyebut, salah satu faktor yang menyebabkan proses rehabilitasi mundur lantaran status tanah yang difungsikan untuk sekolah tersebut masih milik warga.
“Untuk bisa direnov harus menyertakan sertifikat, sedangkan status tanahnya masih belum jelas. Jadi kita cuman bisa liat sekolah-sekolah lain direnovasi, sementara SDN 339 hanya diganti 3 tenda baru ukura 4×6,” ucapnya.
Proses kegiatan belajar mengajar cukup memprihatinkan di SDN 339 Gresik, sebab siswa harus melaksanakan KBM aktif di tenda pengungsian yang berada di depan sekolah. Saat hujan turun, tanah ikut basah sementara saat cuaca panas, siswa mulai gerah meski baru pukul 09.00 WIB.
“Kita gak berani kalo memaksakan siswa di bangunan sekolah, takut ada hal yang tidak diinginkan. Sementara ruang guru masih tetap berada di bangunan yang rusak tersebut, sebab kalau guru bisa lari melindungi diri nanti,” jelasnya.
Di momen PPDB kali ini, SDN 339 Gresik hanya mendapatkan 6 siswa baru. Sehingga total ada sebanyak 23 siswa untuk ajaran baru dengan 8 guru yang mengajar.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya mendapatkan satu orang siswa.
“Sekolah kami ini berada di wilayah dusun yang lingkup penduduknya kecil. Ada disekitar situ yang wilayah penduduk cukup padat namun untuk akses ke sekolah SDN 339 harus memakai sepeda motor, sementara ditempat tersebut ada MINU yang dekat dan berangkat sekolah cukup jalan kaki. Sehingga penduduk padat lebih pilih yang dekat saja,” jelasnya.
Meski begitu, warga sangat antusias dengan adanya SDN 339 Gresik. Mereka menolak adanya Regrouping sebab akan jauh akses dari rumah. Sampai-sampai para warga membuatkan gazebo disebelah tenda untuk guru usai terjadinya gempa yang merobohkan bangunan sekolah.
“Kami cukup terharu dengan perhatian warga selama ini, Harapannya ada perhatian juga dari Dispendik agar sekolah kami bisa direhab dan siswa beraktifitas di ruang kelas. Meskipun dengan jumlah siswa sedikit kita tidak patah semangat demi mencerdaskan generasi mendatang,” pungkasnya.
Nantinya, kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk siswa baru akan dilakukan di satu ruangan SDN 339 yang tersisa. Pihak sekolah telah merancang berbagai strategi agar peserta didik merasakan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan.