GresikSatu | Bejo Purwasanto tak pernah menyangka, impian berhaji yang selama ini ia semai dalam doa dan perjuangan panjang akhirnya menjadi kenyataan.
Pria 59 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai tukang sampah ini dijadwalkan berangkat ke Tanah Suci pada 29 Mei 2025 mendatang.
“Alhamdulillah besok tanggal 29 Mei berangkat, ikut KBIH Nurul Jannah Petrokimia Gresik,” ucap Bejo saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Gresik, Senin (5/5/2025).
Dalam kesehariannya, Bejo mengais rezeki dengan mengangkut sampah dari rumah ke rumah. Penghasilannya berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta per bulan.
Jumlah yang mungkin terbilang kecil bagi sebagian orang, namun cukup baginya untuk menabung secara konsisten demi satu tujuan besar: menunaikan rukun Islam kelima.
“Buang sampah tetangga, biasanya sebulan per rumah dapat Rp50 sampai Rp100 ribu. Bagian saya yang sepuluh rumah saja,” tuturnya.
Sebelum menjadi tukang sampah, Bejo sempat berdagang air keliling. Ia membeli air seharga Rp4.000 dan menjual kembali seharga Rp15.000. Dari usaha kecil itu, ia dan sang istri mulai menabung.
“Dulu saya dan istri menabung memang diniatkan untuk bisa berangkat haji berdua. Sampai akhirnya bisa terlaksana tahun ini. Tapi sayangnya istri sudah nggak ada dari 8 tahun lalu,” kenangnya lirih.
Istrinya wafat sekitar tahun 2016. Namun jauh sebelum itu, sang istri telah mempersiapkan segalanya, termasuk menyisihkan emas peninggalannya yang kemudian digunakan untuk melunasi sisa biaya haji. Kini, Bejo akan berangkat haji bersama anak laki-lakinya sebagai bentuk pengganti kepergian sang istri.
“Berkat istri saya, saya bisa lanjut,” katanya sambil menahan haru.
Kehidupan Bejo yang sederhana tak pernah mengendurkan semangat ibadahnya. Ia dikenal sebagai sosok yang rajin tahajud, sering beritikaf di masjid, dan bahkan gemar mengisi air wudhu di Masjid Syuhada dekat rumahnya sebagai bagian dari amalannya.
“Kalau enggak ke masjid ya saya jaga rumah di Al Ibrah,” ujarnya.
Dalam kesehariannya, Bejo menjalani laku spiritual yang konsisten. Ia rajin membaca istighfar, ayat kursi, serta doa-doa pendek seperti Ya Hayyu Ya Qayyum dan Ya Muqollibal Qulub, tsabbit qalbi ‘ala diinik. Bagi Bejo, amalan-amalan kecil itulah yang membuat hidup terasa lebih damai.
“Tiap lewat masjid, saya selalu bilang: ojo mati-mati lek durung tekan Mekkah. Matio lek wes tekan Mekkah,” tandasnya mantap.