GresikSatu | Siapa sangka, seorang anak yang gemar melukis sejak kecil di Gresik kini menjelma menjadi desainer perhiasan emas yang diakui karyanya hingga tingkat nasional.
Dialah M Riyanto, pria kelahiran 1974 yang telah menempuh perjalanan panjang dari dunia seni rupa menuju industri perhiasan mewah.
Riyanto tumbuh dalam lingkungan sederhana, namun penuh dengan nuansa kreativitas. Ketertarikannya pada dunia seni sudah terlihat sejak ia duduk di bangku SMP.
Bakat menggambarnya bahkan membawanya meraih Juara 1 Lomba Melukis tingkat Porseni, saat mewakili SMP Semen Gresik.
“Waktu itu teman-teman masih pakai crayon, saya sudah main cat air,” ujar Riyanto, mengenang masa kecilnya, Minggu (6/7/2025).
Bagi Riyanto, menggambar bukan sekadar hobi. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi sekolah, seperti OSIS, yang melatihnya dalam kerja tim dan kepemimpinan—bekal penting dalam perjalanan kariernya kelak.
Setelah lulus dari SMA Hang Tuah 1 Surabaya, Riyanto memutuskan untuk mencari pekerjaan. Tanpa latar belakang formal di dunia perhiasan, ia memberanikan diri melamar di sebuah perusahaan pembuat perhiasan emas di Surabaya.
“Awalnya saya cuma iseng cari kerja, tapi ternyata malah jatuh cinta sama prosesnya,” kenangnya sambil tersenyum.
Tahun 1994 menjadi awal karier Riyanto sebagai desainer perhiasan. Di masa itu, industri belum mengenal teknologi modern seperti laser cutting atau 3D printing. Semua dilakukan manual—mulai dari membentuk lilin hingga menuangnya ke dalam cetakan emas.
Keterampilan menggambar yang telah diasah sejak kecil menjadi modal penting. Riyanto mampu menggambarkan model perhiasan dengan detail dan presisi, sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam dunia desain perhiasan.
“Dulu belum ada digital. Desain liontin atau cincin itu kita gambar sendiri, lalu bentuk lilin dengan tangan. Prosesnya memang rumit, tapi di situ tantangannya,” jelas warga Perumahan Grand Soetomo, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik itu.
Tak hanya mengandalkan otodidak, Riyanto juga berkesempatan belajar secara privat dari seorang desainer perhiasan asal Italia. Hal itu menjadi titik balik yang memperkuat fondasi keahliannya.
“Zaman itu ikut kursus seperti itu mahal. Tapi bos saya percaya bahwa SDM harus dikembangkan, jadi saya diberi kesempatan belajar langsung dari ahlinya,” ungkapnya.
Salah satu momen paling membanggakan dalam karier Riyanto terjadi saat mengikuti lomba desain perhiasan di Hotel Shangri-La Surabaya. Dalam waktu terbatas, peserta diminta merancang satu set perhiasan terdiri dari cincin, liontin, dan gelang.
Riyanto menjadi peserta tercepat dan hasil desainnya dinilai paling rapi. Ia keluar sebagai juara pertama, sebuah pencapaian yang tak hanya membanggakan tapi juga membuktikan kualitasnya di mata para profesional.
“Hadiah waktu itu cincin emas. Buat saya, itu bukan soal nilainya, tapi pengakuan atas perjuangan saya selama ini,” tuturnya.
Bagi Riyanto, desain perhiasan bukan hanya tentang membuat benda indah semata. Ia melihatnya sebagai seni menangkap pesan dan emosi, lalu menerjemahkannya dalam bentuk visual yang punya nilai estetika dan nilai jual.
“Seni rupa sangat membantu di dunia perhiasan. Meski bidangnya berbeda, tapi dasarnya sama: imajinasi dan kepekaan terhadap detail,” tutupnya.
Kini, Riyanto tetap aktif berkarya di dunia yang telah membesarkan namanya. Dari sebuah kanvas sederhana di Gresik, ia membuktikan bahwa kerja keras, kreativitas, dan keberanian mencoba hal baru bisa membentuk jalan karier yang tak terduga—hingga mengukir namanya dalam kilau emas.