GresikSatu | Setelah sempat mengalami kelangkaan selama hampir dua pekan, pasokan gas elpiji subsidi 3 kg akhirnya kembali masuk ke Pulau Bawean, Gresik.
Pendistribusian ini dilakukan setelah cuaca membaik, memungkinkan kapal pengangkut berlayar dari Pelabuhan Gresik menuju Bawean.
Kelangkaan elpiji di Bawean sebelumnya terjadi akibat cuaca buruk yang menghambat distribusi via jalur laut.
Kondisi tersebut menyebabkan beberapa pangkalan kehabisan stok, sehingga warga kesulitan mendapatkan tabung gas untuk kebutuhan sehari-hari.
Pada Rabu (12/2/2025) malam, kapal layar motor (KLM) Purnama tiba di Pelabuhan Bawean dengan membawa 6.720 tabung elpiji.
Pengiriman terus berlanjut, dan pada Jumat (14/2/2025) pagi, KLM Rosita Indah juga tiba dengan membawa tambahan 14.000 tabung elpiji.
Direktur PT Pelayaran Rosita Indah Group, Rosyidi, mengungkapkan bahwa dalam dua hari terakhir, total sekitar 20.720 tabung elpiji telah dikirim ke Pulau Bawean.
“Hari Jumat pagi datang lagi KLM Rosita Indah dengan membawa tabung elpiji sekitar 14.000 dari 25 truk yang diberangkatkan dari Pelabuhan Gresik,” ujarnya, Minggu (16/2/2025).
Ia menjelaskan, perjalanan laut untuk distribusi elpiji ini memakan waktu sekitar 12 jam, dengan biaya pengiriman sebesar Rp 6.500 per tabung. Proses pembongkaran tabung di Pelabuhan Bawean telah dilakukan sejak pukul 10.00 WIB pagi tadi.
Warga Keluhkan Harga Elpiji yang Masih Tinggi
Meski pasokan elpiji mulai lancar, harga jual di Pulau Bawean masih dikeluhkan warga. Ulul Azmi, salah satu warga Desa Gunungteguh, Kecamatan Sangkapura, mengungkapkan bahwa harga eceran elpiji 3 kg di Bawean berkisar antara Rp 32 ribu hingga Rp 34 ribu per tabung.
“Harga ecer Rp 32 ribu, kalau beli di agen sekitar Rp 29 ribu sampai Rp 30 ribu,” keluhnya.
Menurutnya, harga elpiji di Bawean lebih mahal dibandingkan di daratan Gresik, meskipun memang ada tambahan biaya pengiriman dan distribusi ke pangkalan.
Sementara itu, Communication Relation (Comrel) Officer Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Mutiara Evy, membenarkan bahwa harga elpiji di Pulau Bawean lebih tinggi karena faktor distribusi multimoda yang menggunakan kapal laut.
“Faktor pengiriman dan distribusinya berbeda, menggunakan transportasi laut. Untuk biaya pastinya bisa dicek langsung ke lapangan karena bisa berbeda antar wilayah,” ujarnya.
Ia menambahkan, harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kg di Jawa Timur berdasarkan SK Gubernur adalah Rp 18 ribu. Namun, untuk wilayah Pulau Bawean, hingga saat ini belum ada regulasi khusus dari Pemerintah Kabupaten Gresik terkait HET di tingkat pengecer.
“Informasi yang kami dapat, regulasi HET untuk Pulau Bawean masih dalam proses penyusunan oleh Pemkab,” tandasnya.
Dengan pasokan yang kembali normal, diharapkan harga elpiji di Pulau Bawean bisa lebih stabil. Namun, regulasi harga dari Pemkab Gresik dinilai penting agar ada kepastian bagi warga terkait harga jual di tingkat pangkalan maupun pengecer.