GresikSatu | Memperingati Hari Bumi 2025, siswa SDIT Al Huda Pulau Bawean menggelar aksi penyelidikan terhadap ekosistem sungai yang berada di sekitar lingkungan sekolah. Temuan mereka dalam aksi tersebut cukup mengejutkan—ikan-ikan yang diteliti ternyata mengandung mikroplastik.
Penelitian sederhana ini dilakukan oleh enam siswa yang tergabung dalam tim Ecokids bersama guru pendamping. Dari hasil identifikasi, ditemukan tujuh jenis fiber mikroplastik di dalam tubuh ikan, termasuk di bagian lambung.
Sementara pada sampel air sungai, terdeteksi sepuluh partikel mikroplastik, yang terdiri dari tujuh fiber dan tiga fragmen. Temuan ini diduga kuat berasal dari limbah tekstil yang mencemari aliran sungai di sekitar sekolah.
Salah satu anggota Ecokids, Niki, mengaku terkejut setelah mengetahui ada plastik di dalam tubuh ikan.
“Saya kaget saat lihat isi perut ikan ada plastiknya. Saya jadi lebih semangat untuk mengurangi plastik sekali pakai agar ikan yang saya makan tidak ada mikroplastiknya,” ujar Niki, Rabu (23/4/2025).
Selain limbah tekstil, para siswa juga menemukan sampah plastik cup yang menumpuk di sekitar pelabuhan. Tumpukan ini disinyalir berasal dari banyaknya kedai es teh yang menggunakan kemasan plastik sekali pakai. Kondisi ini diperparah dengan kiriman sampah laut yang terdampar ke pesisir Bawean.
“Pulau Bawean yang terkenal indahnya pantai kini tercemar oleh sampah plastik,” tambah Niki prihatin.
Menanggapi kondisi tersebut, pihak SDIT Al Huda bergerak cepat. Mereka menjalin kerja sama dengan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) Foundation untuk mengembangkan budaya reuse di lingkungan sekolah. Salah satu langkah awal yang akan dilakukan adalah mendirikan refill station atau toko isi ulang guna menekan penggunaan plastik sekali pakai.
Project Manager Zero Waste Ecoton, Tonis Afrianto, menyambut baik kolaborasi tersebut. Ia menegaskan bahwa pendidikan lingkungan harus dimulai dari usia dini.
“Gerakan zero waste harus dimulai dari anak-anak, karena merekalah yang akan membentuk masa depan konsumsi kita. Refill station di sekolah adalah langkah strategis untuk mengurangi plastik sekali pakai secara sistemik,” jelasnya.
Ia juga menyoroti bahwa Pulau Bawean yang merupakan bagian dari Kabupaten Gresik sebenarnya telah memiliki regulasi, yakni Perda Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pembatasan Plastik Sekali Pakai.
“Namun temuan mikroplastik ini menunjukkan bahwa implementasi di lapangan, khususnya di wilayah kepulauan, masih membutuhkan perhatian lebih serius,” tegas Tonis.
Kepala SDIT Al Huda Bawean, Rissky Wahyu Saputra, menyatakan bahwa peringatan Hari Bumi kali ini menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran lingkungan, khususnya di Bawean.
“Peringatan ini juga untuk memperkuat komitmen dalam menjaga bumi, mulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan setiap hari,” tuturnya.