GresikSatu | Banjir tahunan kembali melanda Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik. Dampaknya, para petani mengalami kerugian besar akibat lahan sawah mereka tergenang air.
Sedikitnya 7 hektare sawah yang ditanami padi mengalami kerusakan berat, bahkan sebagian besar tanaman roboh sebelum masa panen tiba.
Kepala Desa Lebak, Fadal, mengatakan banjir yang terjadi pada Sabtu (12/4/2025) itu menyebabkan para petani harus melakukan panen lebih awal. Padahal, rencana panen semestinya baru akan dilakukan pada 24 April 2025.
“Karena kondisi padi sudah rusak berat, terendam air, dan banyak yang roboh, para petani memilih panen lebih awal,” jelas Fadal, Rabu (16/4/2025).
Akibat panen dini ini, hasil panen menurun drastis dan tidak maksimal. Para petani pun menyampaikan keluhan kepada pemerintah desa. Fadal menyebut, total kerugian yang dialami petani ditaksir mencapai Rp 21.220.000.
“Kami sudah laporkan kerugian ini ke pihak Kecamatan Sangkapura untuk diteruskan ke Dinas Pertanian,” tambahnya.
Menurut Fadal, titik kerusakan terparah berada di Dusun Lebak dan Dusun Sungairaya. Ia menegaskan bahwa banjir seperti ini bukanlah kejadian baru di desanya, karena hampir setiap tahun selalu terjadi saat musim hujan tiba.
“Kalau tahun kemarin juga terjadi banjir. Namun memang tahun ini masih lebih ringan karena tidak disertai gempa seperti sebelumnya,” ujarnya.
Meski begitu, Fadal mengaku pertumbuhan padi tahun ini sebenarnya lebih baik dari tahun sebelumnya. Namun karena terendam banjir sebelum waktunya, para petani kehilangan potensi hasil yang lebih maksimal.
Tak hanya berdampak pada tanaman, banjir juga menyebabkan kerusakan infrastruktur pertanian.
Tiga titik tebing sungai di desa jebol dan air meluap ke area persawahan dan permukiman warga.
Selain itu, tiga titik jaringan irigasi utama yang mengaliri sawah juga ambrol.
“Saluran irigasi dari sungai ke sawah satu-satunya ikut rusak. Saat ini kami tidak punya anggaran untuk perbaikan,” ungkap Fadal.
Ia berharap, pemerintah daerah segera turun tangan membantu perbaikan tebing sungai dan jaringan irigasi yang rusak, agar kerusakan tidak semakin parah dan tidak berulang setiap tahun.
“Saat ini warga hanya bisa melakukan perbaikan darurat dengan material seadanya. Tapi setiap turun hujan, tambalan itu kembali jebol,” ujarnya.
Fadal pun meminta bantuan segera dari pemerintah daerah, baik dalam bentuk alat berat maupun material pembangunan.
Ia menilai, penanganan darurat yang dilakukan secara mandiri oleh warga tidak cukup kuat untuk menahan derasnya air saat banjir kembali datang.