DPRD Gresik Desak Pemkab Segera Lakukan Normalisasi Sungai di Bawean 

GresikSatu | Bencana banjir yang menerjang 15 Desa di Pulau Bawean, mendapatkannya sorotan tajam dari kalangan Dewan. Anggota DPRD Gresik Komisi III Lutfi Dhawam, langsung bergerak cepat bersama Camat Tambak M Nur Syamsi mendatangi kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR), dan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Gresik. 

Dalam kunjungan ke beberapa OPD hari ini, Kamis (2/3/2023). Pihaknya mendesa Pemkab Gresik segera melakukan normalisasi sungai yang ada di Bawean. Pasalnya, banjir yang terjadi di Pulau Bawean baik di Kecamatan Sangkapura maupun Tambak, dari debit air sungai yang meluap ke persawahan dan area pemukiman. 

“Kami sudah dapat arahan Bupati untuk segera menyurati dinas terkait,” ucapnya, Kamis (2/3/2023). 

Dari hasil pertemuan dengan pejabat OPD terkait, pria asal Desa Sungairujing itu menyebut Pemkab akan segera melakukan perbaikan infrastruktur kerusakan fasilitas, yang dirasa sangat urget.

Termasuk jembatan di Desa Kelompanggubug karena akses anak ke sekolah. Sekolah ambruk di Desa Sungairujing, dan beberapa jembatan lainnya di Bawean 

“Kami mendesak juga agar alat berat untuk kebutuhan normalisasi sungai segera dilakukan. Kita hanya pinjam alat berat,”ujarnya. 

Sebab, salah satu penyebab banjir area sungai yang dangkal. Namun, pihaknya tak menampik faktor penyebab banjir yang lagi marak di Bawean, alih fungsi lahan hutan. Banyak hutan milik perorangan menggantikan pohon yang bernilai ekonomis dan dijual ke luar Bawean. 

“Sebagian masyarakat kurang sadar tentang pentingnya tanaman di hutan Bawean. Padahal, itu menjadi sumber serapan air di bukit atau hutan Bawean,” ujarnya DPRD Dapil Bawean itu. 

Persoalan lagi, tambah Ketua Fraksi Gerindra Gresik ini, dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bawean, beberapa bukit gunung di Bawean sudah tidak kuat menampung debit air yang tinggi. 

“Sebaik apapun solusi nantinya, kalau tidak ada kesadaran menebang pohon. Maka tidak maksimal,” tandasnya. 

Sementara itu, anggota DPRD Gresik Dapil Bawean lainnya Bustami Khazim mengaku, sejak lama pihaknya meminta BPBD mewaspadai kondisi alam di Pulau Bawean.

Khususnya saat di Bulan rawan antara November – Februari. Dengan meenempatkan personilnya di bawean beserta peralatan. 

“Serta menyiapkan bantuan sembako yang sudah ready di Pulau Bawean. Agar bisa meringankan beban warga yang terdampak musibah,”ujarnya. 

Namun, lanjut pria asal Desa Lebak itu tidak ada tindak lanjut dari pihak terkait. Padahal, antara bulan November – Februari itu bulan rawan. Rawan curah hujan yang tinggi, angin yang banter juga gelombang besar. 

“Jadi rawam bencana sekaligus rawan terisolasi. Untuk itu, mitigasi dan tanggap daruratnya harus dipersiapkan di Pulau Bawean. Sehingga nantinya bantuan tidak baru datang dan dipersiakn saat kondisi sudah tidak rawan, seperti bencana banjir sebelumnya di Bawean,” tambahnya memungkasi. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres