GresikSatu | PT Freeport Indonesia (PTFI) menunjukkan komitmennya dalam pengelolaan lingkungan dengan mendirikan tiga Rumah Kompos di wilayah Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Program ini menjadi bagian dari inisiatif Waste for Waste, yang bertujuan mengatasi persoalan sampah organik rumah tangga sekaligus memberdayakan masyarakat melalui praktik ekonomi sirkular.
Tiga desa yang menjadi lokasi Rumah Kompos tersebut adalah Desa Manyar Sidorukun, Desa Manyarejo, dan Desa Manyar Sidomukti. Ketiganya termasuk dalam desa prioritas yang berada di sekitar area operasional Smelter PTFI.
“Rumah Kompos yang kami bangun ini diharapkan bisa mengolah limbah organik rumah tangga secara mandiri dan berkelanjutan. Di saat yang sama, kami ingin masyarakat turut berdaya secara ekonomi melalui pengelolaan sampah,” kata VP Business Process Smelting & Refining PTFI, Aripin Buman, di Gresik, Selasa (10/6/2025).
Menurut Aripin, keberadaan Rumah Kompos sangat penting untuk mengurangi volume sampah yang selama ini dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dengan adanya fasilitas ini, sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos yang bermanfaat untuk pertanian maupun penghijauan di lingkungan sekitar.
“Kami juga ingin membangun kesadaran masyarakat bahwa sampah bukan hanya masalah, tapi bisa menjadi sumber daya bernilai jika dikelola dengan baik,” ujarnya.
Kepala Desa Manyar Sidomukti, Ach Chasin, menyampaikan terima kasih atas dukungan PTFI yang telah membangun Rumah Kompos di desanya. Ia menilai program ini menjadi solusi konkret terhadap permasalahan sampah di tingkat desa.
“Ini sangat membantu kami, karena selama ini sampah rumah tangga kerap jadi persoalan. Sekarang bisa diolah menjadi kompos yang bermanfaat, dan warga pun punya peluang menambah penghasilan,” ucapnya.
Yang menarik, pembangunan Rumah Kompos ini didanai dari hasil pengelolaan dan penjualan sampah konstruksi Smelter PTFI. Pengelolaan ini dilakukan oleh mitra sosial PTFI, Pusat Transformasi Bersama (PTB), kemudian hasilnya dialokasikan kembali untuk membangun infrastruktur pengelolaan sampah di sembilan desa penerima manfaat.
Masing-masing desa penerima membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang bertugas menjalankan operasional Rumah Kompos. Di antaranya adalah KSM SABAR di Desa Manyar Sidorukun, KSM Mukti Survive Compost di Desa Manyar Sidomukti, dan KSM MAKIN GEMES di Desa Manyarejo.
Untuk mendukung kelancaran dan keberlanjutan program, PTFI juga menggandeng Wahana Edukasi Harapan Alam Semesta (Wehasta) sebagai mitra pelaksana.
Wehasta memberikan pendampingan dan pelatihan kepada warga serta melakukan assessment di setiap desa agar pendekatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan lokal.
Tak hanya membangun Rumah Kompos, program Waste for Waste juga mencakup pembangunan Bank Sampah di tiga desa kawasan Mengare dan Desa Karangrejo, serta fasilitas Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) di Desa Banyuwangi dan Desa Bedanten.
“Ini adalah bentuk nyata kolaborasi antara perusahaan, masyarakat, dan mitra lokal dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kami ingin program ini menjadi model yang bisa direplikasi di tempat lain,” tutur Aripin.
Sebagai rangkaian awal pelaksanaan program dan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, PTFI juga menggelar tasyakuran bersama warga dan perangkat desa di tiga lokasi Rumah Kompos. Pembangunan fasilitas tersebut ditargetkan selesai dan siap beroperasi pada Juli 2025.
Dengan langkah ini, PTFI terus menegaskan komitmennya terhadap tanggung jawab sosial dan keberlanjutan lingkungan, sekaligus menciptakan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat sekitar.