GresikSatu | Kabar duka menyelimuti kalangan seniman dan budayawan Gresik atas meninggalnya Mbah Mat Kauli. Maestro Macapat Gresikan ini berpulang, meninggalkan jejak karya yang kian langka di Kota Pudak.
Ketua Dewan Kebudayaan Gresik (DKG), Irfan Akbar Prawiro, mengenang perjalanan bersama almarhum dalam melestarikan Macapat. Ia bahkan bersama Yayasan Gang Sebelah sempat mengabadikan karya Mbah Mat dalam bentuk film dan audio sebagai penghormatan atas dedikasi sang maestro.
“Mbah Mat Kauli lahir pada 1 Mei 1931. Beliau mendedikasikan hidupnya untuk Macapat. Saya pernah berbincang dengan anak-anaknya tentang kebiasaan beliau di rumah. Setiap malam, beliau sering terjaga untuk menulis dan menerjemahkan babad yang masih menggunakan aksara Jawa ke dalam aksara Latin, agar dapat dibaca oleh generasi saat ini,” ujar Irfan mengenang.
Menurut Irfan, kegigihan Mbah Mat dalam mempertahankan seni Macapat membuatnya diakui sebagai Maestro, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
“Sebagai warga Gresik, kami merasa sangat berutang kepada beliau. Bukan hanya soal wawasan dan keilmuan, tetapi juga pengalaman dan nilai-nilai yang beliau sampaikan melalui Macapat. Seni ini bukan sekadar tembang, tetapi juga sarana bercerita tentang hal-hal baik, mulai dari kisah kenabian hingga serat dan babad sejarah, seperti Serat Sindujoyo yang pernah beliau bacakan untuk warga sekitar,” tambahnya.
Irfan mengaku kehilangan sosok yang sudah lama ia kenal. Tahun lalu, bersama Yayasan Gang Sebelah, pihaknya mendokumentasikan keseharian Mbah Mat dalam film dan rekaman audio bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi.
“Kami memberi judul Penutur Terakhir untuk dokumentasi ini. Karena kami menganggap Mbah Mat Kauli sebagai satu-satunya seniman Macapat Gagrag Gresik atau gaya Gresik. Hingga saat ini, kami belum menemukan penerus yang mampu melanjutkan tradisi ini secara utuh,” pungkasnya.