Kilas Balik Tradisi Bari’an, Ritual Suci Bulan Ramadan di Desa Manyar Gresik

GresikSatu | Tradisi Bari’an merupakan salah satu adat budaya (kearifan lokal) yang ada di Desa Manyar Sidomukti, Gresik. Tradisi ini, biasanya dilaksanakan tepat sebelum ramadan.

Biasanya para warga membawa berkat atau makanan secara sukarela dari rumah, kemudian dikumpulkan menjadi satu, sebelum akhirnya dibagikan secara merata.

Bari’an berasal dari bahasa arab, yakni : baro’a yang memiliki arti terbebas atau lepas. Terbebas dari segala dosa yang diperbuatnya selama ini, atau membersihkan diri dari kesalahan dan dosa untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.

Bulan yang suci harus disambut dengan jiwa dan hati yang bersih. Untuk itu, dipanjatkan doa-doa Bari’an kepada para anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Hal ini dimaksudkan agar keberkahan Ramadan dapat sampai kepada mereka yang sudah berpulang.

Sekretaris Desa Manyar Sidomukti Chusnul Busthomi mengungkapkan, tradisi Bari’an atau haul sesepuh desa terdapat di 2 wilayah. Yaitu Desa Manyar Sidomukti di Makam Buyut Jantur, dan Desa Manyar Sidorukun di Makam Mbok Ayu Sarkeli.

“Bari’an di Desa Manyar Sidomukti intinya tradisi yang turun temurun dilakukan pada sebelum datangnya bulan Ramadan, tepatnya H-2 sebelum Ramadan,” ungkapnya, Kamis (23/3/2023).

Jauh sebelum adanya tradisi Bari’an, terdapat tradisi Tumpengan di Desa Manyar yakni di area Makam Onggojoyo dan Onggokusumo.

“Dulu ada tradisi tumpengan, masyarakat membawa makanan khas berupa kue serabi. Diarak beramai-ramai untuk memohon keselamatan. Namun saat ini, sudah dimakan zaman,” terangnya.

Mbah Buyut Jantur merupakan seorang tokoh yang sangat disegani oleh warganya. Apabila ada pertikaian atau perkelahian atau percekcokan Mbah Buyut Janturlah yang dijadikan sebagai penengah atau pemisah.

Sedangkan sosok Mbok Ayu Sarkeli atau Hj Yaroh adalah putri permaisuri dari kerajaan besar. Saat terjadi pergolakan perang saudara yang mengkhawatirkan. Putri cantik tersebut dibawa menyusuri Bengawan Solo menggunakan perahu hingga bermuara di Mengare.

Singkat cerita pelarian Mbok Ayu terendus lawan tandingnya sampai akhirnya beliau menjadi korban, meninggal dunia ke laut dan mengapung tak tentu arah.

Disematkan kata Sarkeli karena keramatnya jenazah beliau. Pada masa itu, di sekitar makam saat ini ada bengawan kecil, jenazah yang mengapung tidak terbawa hilir arus meski arus begitu deras, Sar berarti ngeser dan Keli berarti kali.

Istilah Sarkeli berarti ser-serane kali yaitu menetap di Kali. Warga yang berupaya membawa ke tengah, merasa nihil karena terus kembali ketempat semula. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres