Kondisi Sekolah Rakyat Peninggalan Belanda di Sidayu Gresik, Terbengkalai Tak Terawat

GresikSatu | Kondisi Sekolah Rakyat peninggalan era kolonial Belanda di Sidayu Gresik kini sangat memprihatinkan.  Selain tidak dirawat dan beberapa kayu peyangga atap juga sudah mulai lapuk dimakan rayap.

Padahal, bangunan yang berdiri di area SDN 269 Gresik, dulunya digunakan ruang belajar Europeesche Lagere School (ELS), atau Sekolah Dasar zaman kolonial Belanda. Kemudian berubah menjadi Sekolah Rakyat, dan setelah kemerdekaan berubah lagi menjadi Sekolah Dasar Negeri (SDN).

Pantauan di lapangan, bangunan sekolah bekas peninggalan Belanda itu berdiri diatas tanah seluas 350 meter persegi. Tepatnya ada di tengah halaman sekolah SDN Sidomulyo, Sidayu Gresik. Dari tampak depan bangunan didominasi dari balok kayu jati.

Dinding bangunan pun terbuat dari kulit bambu, sedangkan atap menggunakan genteng, dan berlantai tanah. Namun, beberapa dinding kulit bambu sempat diganti dengan papan, dan lantai juga sudah ada keramik tua atau keramik era kolonial. 

Beberapa ruang bangunan ada yang reyot dimakan zaman. Maklum, sekolah tersebut dibangun pada tahun 1870 artinya sudah satu abad lebih sekolah ini berdiri tegap. Kini, sekolah yang terdapat empat ruangan tersebut sudah tidak difungsikan dan mangkrak.

Namun, beberapa isi dalam bangunan termasuk meja kursi, saat masa Kolonial masih tetap ada. Tampak beberapa foto Wapres Boediono juga masih terpajang di bagian atas bangunan sekolah. 

Dibangun Tahun 1870

Dari penuturan dan arsip yang ada, sekolah tersebut dibangun pada tahun 1870 Masehi. Pada tahun berikutnya tahun 1871 sekolah digunakan untuk aktivias belajar dari murid Europeesche Lagere School (ELS), atau Sekolah Dasar zaman kolonial Hindia Belanda di Indonesia.

Sekolah ELS merupakan sekolah elit di zamannya. Hanya anak-anak keturunan Belanda dan Eropa, serta anak-anak Pribumi dari kalangan Priyayi yang bisa sekolah di sini. Sekolah ELS memiliki masa belajar selama 7 tahun. 

“Saat Jepang berkuasa di Indonesia ELS ini berubah menjadi Sekolah Rakyat (SR), dan setelah Indonesia merdeka sekolah berganti menjadi Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1946, dan tahun 1973 sekolah berganti menjadi SDN Sidomulyo, dan tahun 2019 berganti lagi menjadi UPT SDN 269 Kabupaten Gresik,” ucap salah satu guru sekolah setempat Kafidz, Jum’at (17/3/2023).

Kondisi Sekolah Rakyat Peninggalan Belanda di Sidayu Gresik, Terbengkalai Tak Terawat
Kondisi ruang kelas Sekolah Rakyat di Sidayu Gresik. (Foto : Faiz/Gresiksatu.com)

Menurut Kafidz, sekolah ini sebelum ditinggalkan, sempat digunakan pada tahun 2009, tahun berikutnya 2010 sudah tidak difungsikan. Mengingat kondisi bangunan sangat bahaya, rawan ambruk, dan dikhawatirkan atap jatuh tiba-tiba.

Kepala Sekolah UPT SDN 269 Gresik Siti Fatimah menambahkan, beberapa barang sejarah era Kolonial diselamatkan oleh pihak sekolah. Termasuk bangku, dan beberapa buku induk siswa. 

“Kalau bangku dan kursi era Kolonial masih ada di dalam sekolah. Sedangkan arsip buku induk siswa diamankan ke tempat yang aman tahun 2013 lalu. Ini ada buku induk masa Belanda, mulai tahun 1935 sampai 1960,” tambahnya. 

Kendati demikian, pihaknya masih belum bisa melakukan tindak lanjut mengenai bangunan sekolah tersebut. Sudah beberapa kali mengajuan bantuan untuk rehabilitasi atau pemugaran tapi tidak ada tindak lanjut. Mulai dari Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disparekrafbudpora), dan DPRD Gresik. 

“Semuanya sudah kami ajukan beberapa kali. Sebab, bangunan ini sangat perlu direhabilitasi. Nantinya bisa dibuat perpustakaan, maupun gudang serbaguna sekolah untuk wahana ekpresi kesenian dan kebudayaan. Intinya bisa bermanfaat,” urainya. 

Dengan adanya perbaikan juga membantu murid-murid di sekolah tersebut. Pasalnya tidak jarang masyarakat sekitar menyebut bangunan tersebut angker. 

“Dengan demikian juga mempengaruhi murid-murid disini. Sekarang, total murid ada 74 siswa mulai kelas I sampai kelas VI,”ujarnya. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres