Longsor Semakin Mengkhawatirkan, PCNU Bawean Sebut Dampak Penebangan Pohon

GresikSatu | Kondisi longsor Bawean yang terjadi di sekolah SDN 375 Gresik, yang berada di Jalan Lingkar Bawean (JLB) desa setempat, semakin mengkhawatirkan warga. Pasalnya tanah yang longsor di area sekolah yang berdekatan dengan JLB terus bergerak.

Diperkirakan akses jalan JLB menuju Alun-alun Sangkapura tertutup. Sementara ini, petugas UPT Pengelolaan Jalan, Jembatan dan Sumber Daya Air (PJJSDA) Wilayah Bawean, memasang rambu pembatas agar tigak dilewati pengendara yang melintas.

Kades Sungairujing Zainal Abidin melaporkan kepada www.gresiksatu.com. Tentang tanah yang masih bergerak di area longsor tiga ruangan sekolah dan satu kamar mandi yang ambruk. Bahkan pihaknya juga memberikan informasi kepada warga setempat tidak melewati area tersebut sementara. Karena dikhawatirkan ada longsor susulan.

“Sampai pukul 21.00 WIB, tanah masih bergerak dan air terus menggenangi jalan tersebut,” ucapnya.

“Sementara ini masih bisa dilewati kendaraan roda dua, untuk mobil harus maksa, dan rawan saat melewati area tersebut,”ujarnya.

Kepala UPT PJJSDA Bawean Ansari Lubis mengtakan hal yang sama. Pihaknya menyebut bisa kemungkinan akses JLB di Desa Sungairujing tertutup. Karena saat ini kawasan di sekolah yang longsor juga tertimpa pohon yang menutup selokan di depan sekolah.

“Kami terus monitor dan berkoordinasi bersama Konsultan Bina Marga Gresik, yang kebetulan ada di Bawean gagal layar karena cuaca buruk,” ucapnya.

Kini, rambu dan tali pembatas jalan juga dipasang untuk antisipasi agar warga bisa berhati-hati, saat melintasi area longsor.

Terpisah, Ketua PCNU Bawean KH Fauzi Rauf prihatin, dengan maraknya penebangan pohon secara massif. Hal tersebut dimulai sejak 10 tahun silam, yang sekarang sudah tampak dampaknya.

“Kayu-kayu itu ditebang, disamping untuk dikirim, juga untuk ditanami kayu sengon. Masyarakat kita yang awam, memang kurang memikirkan dampaknya, yang dibayangkan adalah cuan atau uang,” keluhnya.

Untuk itu, sangat penting sekali, pemerintah, tokoh masyarakat, untuk membicarakan ini. Mengingat faktanya, pada saat musim kemarau, sumber air banyak yang mati, hingga timbul konflik di masyarakat karena air.

“Sedangkan di musim penghujan, justru sering terjadi banjir dan longsor,”ujarnya.

“Boleh jadi ini adalah salah satu sumber masalahnya, disamping masalah yang lain-lain.

Saatnya para pemimpin Bawean bersuara, bersikap dan bertindak. Sebelum Bawean menjadi semakin mencekam dan membahayakan bagi kehidupan manusia,” tambah Kasi Ekonomi Kecamatan Sangkapura, Rizal Saiful Rizal.(faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres