Oleh : Indah Wardati *
Pendidikan merupakan fondasi utama bagi suatu bangsa. Melalui pendidikan, individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, membentuk karakter, meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Bangsa dengan sistem pendidikan berkualitas dapat menciptakan masyarakat yang kompeten, sehingga mampu mendorong pembangunan bangsa. Oleh karenanya, pendidikan bukan hanya hak setiap warga negara, tetapi juga menjadi investasi yang baik untuk menentukan masa depan bangsa.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa besar dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa. Kondisi ini didukung oleh kondisi demografi Indonesia yang luar biasa. Jargon “Menuju Indonesia Emas 2045” bertebaran dimana-mana. Namun, apakah Indonesia sudah siap? Mari kita telisik kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.
Potret Pendidikan Indonesia
Wajah pendidikan Indonesia saat ini masih jauh dari kata sempurna. Banyak carut marut dalam dunia pendidikan Indonesia. Pertama, ketimpangan kualitas pendidikan. Menurut data BPS tahun 2024, terdapat perbedaan signifikan mengenai Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi di wilayah perkotaan sebesar 38,60 % dan wilayah pedesaan sebesar 21,16 %. Selain itu, banyak sekolah yang di daerah 3T tidak memiliki listrik, akses internet, perpustakaan seolah bahkan jumlah guru.
Kedua, tenaga pendidik yang kurang berkualitas. Guru masih melakukan pembelajaran secara konvensional. Jumlah guru belum memenuhi kualifikasi terutama di daerah 3T.
Ketiga, sistem pendidikan dan kurikulum yang kurang relevan. Kurikulum di Indonesia dianggap terlalu kompleks namun tidak relevan dengan kehidupan nyata. Kurikulum di Indonesia lebih menekankan pada aspek intelektual tanpa memperhatikan pengembangan softskill, karakter, dan kemampuan berpikir kritis.
Reformasi Sistem Pendidikan
Menuju Indonesia Emas 2045, bukanlah sekedar tagline. Namun ada banyak hal yang harus disiapkan. Dimulai bidang pendidikan, agar tercipta generasi emas Bangsa Indonesia maka ekosistem pendidikan harus dibangun dengan baik.
Di tengah gempuran inovasi dan teknologi, pendidikan karakter tidak boleh dilupakan, ia harus tetap hadir dalam kurikulum di sekolah. Pendidikan karakter sangat penting diajarkan pada siswa sejak dini karena pendidikan karakter sebagai penyeimbang dari teknologi dan inovasi.
Pembelajaran di dalam kelas sebaiknya mulai meninggalkan hafalan dan teori. Pembelajaran seyogyanya disampaikan secara kontekstual, melatih keterampilan dan mengasah berpikir kritis siswa. Selain itu, kurikulum pendidikan perlu berintegrasi dengan kewirausahaan, kepemimpinan, dan keterampilan sosial.
Penguatan Peran Guru Sebagai Fasilitator
Guru adalah aktor utama dalam pendidikan, kualitas guru akan menentukan hasil belajar siswa. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas dibutuhkan guru yang berkualitas pula. Perbaikan sistem pendidikan harus dimulai dari perbaikan kualitas guru.
Pertama, rekrutmen guru. Rekrutmen guru harus berbasis kompetensi. Tidak semua lulusan sarjana dapat menjadi guru. Rekrutmen guru harus berdasarkan spesifikasi guru dengan gelar kependidikan yang paham pedagogis.
Kedua, pelatihan guru secara masif. Guru perlu diberi pelatihan yang berkelanjutan. Pemerintah telah memfasilitasi sebuah sarana belajar guru secara berkelanjutan yaitu PMM. Di dalam PMM terdapat pelatihan-pelatihan daring secara mandiri dan berkelanjutan. PMM dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. PMM sekarang telah berubah menjadi aplikasi terpadu Rumah Pendidikan.
Ketiga, kesejahteraan guru harus terjamin. Guru honorer, dan guru di daerah 3T patut diperhatikan kesejahteraannya. Insentif setiap bulan harus ditingkatkan agar guru lebih termotivasi dan fokus pada tugas mengajar tanpa harus mencari pekerjaan sampingan.
Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Teknologi selalu berkembang seiring perkembangan zaman. Dewasa ini banyak pengembangan teknologi pendidikan diantaranya Learning Management System (LMS), platform belajar daring, hingga Artificial Intelligence (AI). Pemanfaatan LMS dan platform belajar daring dapat membantu mengatasi kendala distribusi buku ajar di daerah tertinggal. Pemanfaatan teknologi dapat menjembatani ketimpangan yang terjadi.
Perlu diperhatikan, teknologi hanyalah alat. Teknologi tidak dapat menggantikan posisi guru. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran tetap memerlukan campur tangan dari guru.
Kolaborasi antara Pemerintah, Swasta, Masyarakat
Pendidikan harus menjadi tanggung bersama, tidak hanya pemerintah. Kolaborasi apik antara pemerintah, swasta dan masyarakat dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih sehat. Pemerintah berperan sebagai penyedia infrastruktur, pemangku kebijakan. Melalui program seperti KIP dan BOS, pemerintah berupaya meratakan akses pendidikan terutama bagi masyarakat yang kurang mampu.
Sektor swasta berkontribusi dalam pendanaan, penyedia fasilitas pendidikan, beasiswa, dan pengembangan teknologi pendidikan. Perusahaan dapat berpartisipasi melalui CSR. Kolaborasi ini dapat berupa pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, sehingga lulusan lebih siap menghadapi dunia kerja.
Masyarakat dapat berperan dalam membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berkelanjutan. Jika langkah ini dilaksanakan secara konsisten dan berkomitmen, bukan tidak mungkin Indonesia memiliki sistem pendidikan yang berkualitas.
Menanamkan Semangat Belajar Sepanjang Hayat
Setiap individu harus menanamkan semangat belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tidak berhenti ketika lulus dari bangku sekolah. Belajar sepanjang hayat dapat dicapai melalui pembelajaran mandiri, dan pengembangan diri secara berkelanjutan. Dengan menanamkan semangat belajar sejak dini, seseorang akan terbiasa mencari ilmu, menggali potensi tanpa henti.
Untuk menumbuhkan semangat belajar sepanjang hayat diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Dimulai dari keluarga sebagai motivator utama kemudian didukung oleh lingkungan sekitar.
* Penulis adalah guru di SMAM 1 Gresik