Mengenal Brahatan Nisfu Sya’ban, Tradisi Warga Gresik Sambut Ramadhan

GresikSatu | Menjelang datangnya bulan Ramadhan, warga Gresik kembali menghidupkan tradisi Brahatan pada malam Nisfu Sya’ban yang jatuh pada Kamis malam (13/2/2025).

Tradisi turun-temurun ini diyakini sebagai momen untuk menyucikan diri melalui doa bersama, silaturahmi, serta berbagi makanan khas.

Warga Desa Suci dan Desa Manyar Sidomukti, Kecamatan Manyar, adalah di antara mereka yang masih menjaga kelestarian ritual ini dengan penuh semangat.

Persiapan dimulai beberapa hari sebelumnya, termasuk membuat berbagai makanan tradisional seperti kupat, lepet, dan kue apem.

Murthosiyah, salah satu warga Desa Suci, mengungkapkan bahwa pembuatan kupat dan lepet menjadi bagian penting dari ritual ini.

“Kami sudah mulai menganyam janur dan menyiapkan lepet. Prosesnya memang membutuhkan waktu dan ketelatenan. Nanti malam Brahatan, makanan ini akan disajikan untuk disantap bersama-sama,” jelas Murthosiyah, Selasa (11/2/2025).

Baca juga:  Kilas Balik Tradisi Bari'an, Ritual Suci Bulan Ramadan di Desa Manyar Gresik

Malam Nisfu Sya’ban juga dimanfaatkan oleh sebagian warga untuk menunaikan utang puasa Ramadhan sebelumnya agar bisa menyambut bulan suci dalam keadaan bersih dan siap menjalani ibadah.

“Baiknya sebelum Nisfu Sya’ban, utang puasa Ramadhan tahun kemarin sudah dibayar semua,” lanjutnya.

Rangkaian tradisi Brahatan dimulai dengan silaturahmi dari rumah ke rumah tetangga, dilanjutkan dengan doa bersama di musholla atau masjid setelah sholat maghrib.

Sementara itu Budayawan Gresik, Kris Adji AW, menjelaskan bahwa dalam doa tersebut, warga membaca surat Yasin sebanyak tiga kali, diikuti dengan tahlil.

“Setelah doa bersama, warga akan berbagi kupat, lepet, dan apem sebagai simbol permohonan maaf atau afwun menjelang Ramadhan,” ungkap Kris Adji.

Baca juga:  Kisah Nyai Ageng Tumengkang Sari, Wanita Cantik Roro Jonggrange Wong Gresik

Menurutnya, tradisi ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sarana mempererat tali silaturahmi serta menjaga kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang.

“Nilai-nilai seperti kekeluargaan, kebersamaan, dan permohonan maaf inilah yang menjadikan tradisi Brahatan tetap relevan hingga kini,” tambah Kris Adji.

Dengan kelestarian tradisi ini, warga Gresik tidak hanya mempersiapkan diri secara spiritual untuk menyambut Ramadhan, tetapi juga terus menjaga kekayaan budaya yang telah ada selama ratusan tahun.

Reporter:
Chofifah Qurotun Nida
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler