Mengulik Sepak Terjang Suharto, Tukang Becak Mantan Atlet Peraih Medali Asia

GresikSatu | Suharto, pria paru baya ini bukan asal sembarang orang. Ia pernah mengharumkan namanya sebagai atlet kejuaraan balap sepeda kancah nasional dan internasional periode 1970 an.

Pria berumur 70 tahun itu mengawali karirnya sebagai atlet kejuaraan nasional dari Jawa Timur. Masuk dalam Porseni Korpri pemerintah kota Surabaya. Bahkan pernah mengibarkan bendera di Kuala Lumpur sebagai jejak prestasi yang diraih.

“Karir yang dibangun untuk mengharumkan nama negara tidak menjamin kehidupan akan berbuah baik,” katanya Kamis (20/10/22).

Ia hidup seorang diri dibangunan kecil 1 kali 3 meter yang gelap dan pengap. Terletak di belakang gudang barang bekas Jalan Veteran 13 A no 15, Kebomas, Gresik. Rumah semi permanen yang sudah tidak layak huni, terutama untuk seseorang berusia lanjut. 

Aktivitas keseharian untuk mengisi perut kosongnya adalah mengumpulkan barang bekas, menjadi tukang kopi, tukang becak, sopir truk, dan banyak pekerjaan halal asal tidak meminta-minta.

Ketiban untung, saat melakukan aktivitas keseharian bertepatan dengan kunjungan bu Khofifah ke Gresik. Gubernur Jawa Timur tersebut mengikuti dan hafal betul daftar atlet berprestasi dari Jawa Timur. Saat menengok raut wajah Soeharto ia mengenali sosok lelaki tersebut dan memberi hadiah sebagai simbolik perkenalan.

“Waktu itu sedang bekerja, mengayuh becak sambil membawa tumpukan rongsokan lalu di berhentikan polisi akibat memotong jalan, dan beruntung dipertemukan bu Khofifah,” jelasnya 

Sebelum tinggal di Gresik, Ia hidup terlantar di Surabaya. Kehabisan uang untuk mengobati penyakit gagal jantung yang dialami istri dan anaknya. Belum lagi mengalami perampokan aset sehingga tidak ada aset yang tersisa. Tidak ada jaminan perlindungan dan kehidupan yang layak meski telah menjadi atlet kejuaraan.

“Kekecewaan saya terhadap pemkot Surabaya membuat jiwa saya serasa panas. Tidak ada jaminan kehidupan dan tunjangan apapun semasa tinggal disana,”

Momen terberat dalam hidupnya adalah kehilangan 2 orang terkasih, yakni Istri tercinta dan anak bungsu kesayangan.

“Saya belum sempat membahagiakan istri saya, ia lebih dulu direnggut ajal. Mengingat keduanya menjadi momen traumatis tersendiri,” paparnya.

Kini hidup Suharto mengalami fase peningkatan. Dari sebelumnya hanya menjadi tukang becak, setelah bertemu khofifah dia dipekerjakan di Bapenda Jatim, di Jalan Arif Rahman Hakim Gresik.

Momen pertemuan sang Gubernur itu tak akan ia lupakan. Dari pertemuan itu, Suharto setidaknya merasakan hidup yang lebih terjamin. Apalagi di masa-masa usia senja seperti dirinya, rasanya sangat berat jika harus hidup bersusah payah hanya untuk sebuah nasi.

“Sebelum kerja di Bapenda saya tukang becak, juga jadi pemulung cari rongsokan di jalan. Lalu ketemu ibu Gubernur saat membagi sembako,” ujarnya.

“Saya cerita prestasi pertasi saya. Saat ditanya nomor hp saya nggak punya, besoknya langsung dikirim hp, dan berlanjut hingga diberi pekerjaan,” kenang Suharto. (ovi/aam)

Reporter:
Tim Gresik Satu
Editor:
Tim Gresik Satu
Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres