Mengurai Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam

Oleh: PRIYANDONO*

Setidaknya ada 4 lapisan yang membalut pembelajaran mendalam. Empat lapisan itulah yang menjadi Kerangka dasar kerja Pembelajaran Mendalam. Lapis pertama.atau lapisan terluar adalah kerangka pembelajaran. Ini lebih menekankan pada praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pemanfaatan digital.

Praktik pedagogis mencakup strategi yang dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru fokus pada pengalaman belajar murid yang otentik, mengedepankan aksi nyata, mendorong berpikir HOTs, dan berkolaborasi.

Kemitraan pembelajaran dilakukan dengan membangun hubungan relationship di dalam sekolah (hubungan kepala sekolah dengan guru, murid, pengawas sekolah serta warga sekolah lainnya), di luar sekolah (MGMP, Komunitas Belajar, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Media, Dunia Usaha dan Dunia Industri) dan di masyarakat (orang tua/walimurid, Komite sekolah, Tokoh masyarakat, Organisasi sosial/keagamaan)

Lingkungan belajar difokuskan pada upaya mengawinkan antara budaya belajar, ruang fisik dan ruang virtual. Budaya belajar terus dirawat agar iklim belajar yang aman dan nyaman tetap terjaga. Ruang fisik dioptimalkan agar menjadi tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar yang kondusif, aman, menyenangkan. Sementara ruang virtual dibangun dengan berbagai platform dalam jaringan agar tidak ada keterbatasan ruang fisik.

Pemanfaatan digital dioptimalkan dengan menggunakan sejumlah aplikasi untuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, sehingga murid mendapatkan pengalaman belajar yang lebih interaktif, fleksibel , kolaboratif dan menyenangkan.

Lapis kedua adalah Pengalaman belajar (Memahami, mengaplikasi, dan merefleksi). Pengalaman belajar memahami mencakup pengetahuan essensiial, pengetahuan aplikatif, dan  pengetahuan nilai dan karakter. Pengetahuan esensial merupakan pengetahuan yang mendasar dan bersifat fundamental yang harus dipelajari dan dikuasi murid. Pengetahuan aplikatif, pengetahuan yang fokus pada penerapan konsep, teori dan keterampilan dalam konteks sosiologis yang sebenarnya. Sementara pengetahuan nilai dan sikap berkaitan erat dengan pemahaman nilai-nilai moral, etika, budaya serta kemanusiaan.

Baca juga:  Keterkaitan Air Bersih Terhadap Pendidikan: Meningkatkan Kesehatan dan Prestasi

Pengalaman belajar mengaplikasi lebih menekankan pada upaya memperluas atau mengembangkan pemahaman terhadap konsep/teori dengan mengaitkannya ke situasi baru, pengalaman baru atau disiplin ilmu yang berbeda.

Pengalaman merefleksi sebaiknya dapat menuntun murid menyusun regulasi diri sehingga mereka mampu mengarahkan dan mengatur cara belajar sendiri. Kalau ini dilakukan terus menerus tidak menutup kemungkinan murid sampai pada titik kemandirian belajar. Kecuali itu, pengalaman merefleksi dapat membantu murid mengelola dan mengatur emosinya, mengendalikan pikirannya dan menjaga tindakan dan perilakunya.

Lapis ketiga adalah prinsip pembelajaran (Berkesadaran, Bermakna, dan menyenangkan). Berkesadaran artinya murid memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsik, serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan. Bermakna berarti murid mampu mengaitkan pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dimiliki dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menyenangkan, maksudnya suasana belajar yang menggembirakan, menantang dan memotivasi. Keterlibatan dan kontribusi murid dalam pembelajaran begitu dihargai. Secara emosional murid terhubung sehingga mudah memahami, mengingat dan mencerna materi pelajaran.

Baca juga:  Quarter Life Crisis, Fase Hidup yang Menggemaskan

Lapis kempat, 8 dimensi profil lulusan.prinsip pembelajaran. Semua pembelajaran yang kita rancang, apakah itu pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas, tujuan akhirnya adalah melahirkan pelajar yang memenuhi 8 dimensi tersebut.

Lalu apa saja 8 dimensi itu? Pertama, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dimensi ini murid dilatih memiliki keteguhan keyakinan akan keberadaan Tuhan. Mereka harus bisa mengamalkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, kewargaan. Pada dimensi ini siswa harus menghargai keberagaman budaya, menaati aturan dan norma sosial yang ada di masyarakat.

Ketiga, penalaran kritis. Dimensi ini melatih siswa untuk berpikir logis, analitis dan reflektif.

Keempat, kreativitas. Dimensi ini melatih anak berpikir inovatif, fleksibel,  dan orisinal.

Kelima, kolaborasi. Dimensi yang melatih siswa bekerja sama secara efektif.

Keenam, kemandirian. Dimensi ini melatih siswa agar mampu mengambil inisiatif, mengatasi hambatan-hambatan dan menyelesaikan tugas secara mandiri.

Ketujuh, komunikasi. Pada dimensi ini siswa dilatih agar memiliki kemampuan berkomunikasi intra pribadi dan antar pribadi

Kedelapan, kesehatan. Inilah dimensi yang tidak ada pada Profil Pelajar Pancasila. Pada dimensi ini anak dilatih agar mampu menjaga keseimbangan kesehatan mental dan fisik.

*Penulis adalah : Pegiat Pendidikan Tinggal di Menganti, Gresik

Reporter:
Tim Gresik Satu
Editor:
Tim Gresik Satu
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler