GresikSatu | Para pedagang pasar di Gresik mengeluhkan dampak yang ditimbulkan akibat dihentikannya peredaran Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Keputusan pemerintah untuk menarik beras SPHP dari pasaran menyebabkan penurunan daya beli, yang akhirnya membebani pedagang dan masyarakat.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Gresik, Chumaidi, menyampaikan bahwa harga beras, baik premium maupun medium, mengalami kenaikan sejak beras SPHP tidak lagi beredar.
“Kenaikan harga beras berkisar antara Rp500 hingga Rp800 per kilogram. Namun yang memberatkan bagi pedagang adalah daya beli masyarakat terhadap konsumsi beras mulai menurun, terutama mereka yang sehari-hari mengandalkan beras SPHP,” ungkapnya, Rabu (5/3/2025).
Dampak dari penghentian beras SPHP dirasakan luas, terutama oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Tanpa opsi beras dengan harga yang lebih terjangkau, mereka terpaksa membeli beras premium yang harganya jauh lebih mahal.
“Banyak pelanggan yang sebelumnya membeli beras 5 kilogram, sekarang mereka hanya membeli dalam jumlah lebih sedikit,” tuturnya.
Ia bahkan menceritakan keluhan para pelanggan setianya, termasuk masyarakat umum dan pedagang makanan, khususnya pedagang nasi.
Chumaidi menyebut bahwa kenaikan harga beras secara otomatis memaksa mereka untuk menaikkan harga jual makanan di tengah daya beli masyarakat yang semakin melemah.
“Sudah tiga minggu sejak beras SPHP dihentikan, namun dampaknya semakin terasa di pedagang,” ujarnya.
Selain beras, para pedagang juga menghadapi masalah lain, yakni kelangkaan minyak goreng Minyakkita di pasar.
“Sekarang harganya sudah berkisar antara Rp16.500 hingga Rp17.000 per liter, di atas harga HET-nya Rp15.700,” pungkasnya.