GresikSatu | Kekurangan murid baru masih dirasakan saat PPDB di UPT SDN 331 Gresik, tepatnya di Dusun Poloasem Desa Daun, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean Gresik.
Pada Penerimaan Peserta Didik Baru tahun 2024, SDN 331 Gresik hanya menerima 4 murid baru di tahun ajaran 2024/2025.
Kepala Sekolah UPT SD Negeri 331 Gresik, Safiyanah, mengungkapkan bahwa masalah ini bukan hal baru.
Setiap tahunnya, sekolah yang berada di bawah naungannya selalu menerima murid baru dalam jumlah sangat sedikit.
Pada tahun sebelumnya, sekolah ini juga hanya mendapat murid baru di bawah lima siswa.
“Jumlah siswa kelas 1, Insyaallah ada 4 anak,” tuturnya, Minggu (14/7/2024).
Lokasi yang terpencil menjadi faktor utama rendahnya jumlah siswa baru. Apalagi sekolah ini berada di sebuah dusun yang hanya dihuni oleh 22 keluarga, di belakang sebuah gunung tinggi.
“SeKecamatan Sangkapura kami paling sedikit muridnya. Total ada 17 siswa dengan 10 guru di SDN 331 Gresik ini,” ungkapnya.
Meskipun jumlah siswa baru sangat sedikit, Safiyanah menekankan bahwa sekolah ini tetap berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak di daerah tersebut.
Diketahui, sekolah ini setiap tahun hanya bisa mengait para siswa dalam hitungan jari saja. Padahal di wilayah sekolah ini, tidak ada sekolah saingan atau lembaga swasta di sekitar sekolah.
“Dulu pernah menerima siswa baru sampai 60 orang, saat itu angka kelahiran masih sangat tinggi dan belum ada program KB. Seiring berjalannya waktu, Program KB sudah dilakukan dan jumlah angka kelahiran menyesuaikan standar ideal,” terangnya.
Dijelaskan Safiyanah, sebelum didirikan SDN 331 Gresik, para warga awalnya menempa pendidikan di SDN 1 Daun. Untuk sampai ke SDN 1 Daun, warga Dusun Poloasem harus menempuh perjalanan menaiki bukit.
Akibat jarak yang terlalu jauh, tingkat pendidikan pada masa itu masih tergolong rendah. Hingga akhirnya dibangunlah sekolah agar tingkat pendidikan disini bisa naik.
“Antusiasme dari warga juga luar bisa, mereka menjual tanahnya sukarela dengan harga murah agar bisa didirikan sekolah. Meskipun siswanya disini cuma sedikit tapi bukan jadi alasan untuk anak tak memperoleh pendidikan yang layak,” ungkapnya.
Safiyanah juga membahas mengenai wacana Regrouping hingga fasilitas sekolah yang mulai lapuk. Sampai peserta didik harus melakukan kegiatan belajar mengajar di halaman sekolah.
“Sempat disurvey karena jumlah siswa menurun hingga ada rencana regrouping untuk efisiensi anggaran, tapi setelah ditelusuri memang tidak memungkinkan karena jarak yang terlalu jauh,” jelasnya.
“Sedangkan untuk sarana prasarana, atapnya disini sudah rusak, jendelanya sudah lama dan sulit dikunci sehingga banyak dihuni kalong. Baunya kan cukup mengganggu untuk KBM, jadi siswa terpaksa belajar di luar sekolah,” benernya.
“Kami juga berharap ada anggaran rehab, sementara untuk mendapat bantuan tersebut jumlah siswa minimal 60. Sehingga jauh kemungkinan untuk mendapatkan rehab,” imbuhnya.
Ia juga menambahkan, Dusun Poloasem Desa Daun tak memiliki sekolah jenjang pendidikan PAUD atau Kelompok Belajar Taman Kanak-kanak.
“Disini tidak ada TK, jadi kami juga ikut membantu anak-anak yang berumur 3 tahun untuk belajar sesuai umurnya serta memprediksi berapa jumlah siswa yang akan bersekolah tahun depan. Kami lihat akan ada 2 siswa baru,” tandasnya.