GresikSatu | Seruan adzan subuh, menjadi penanda waktu kelompok Emak-emak, di Kelurahan Kebungson, Kecamatan /Kabupaten Gresik, mulai menyiapkan kebutuhan gizi untuk menyiapkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita di Kelurahan setempat.
Bersama Tim Penggerak PKK, Masnunah Ailul Chelly selaku koordinator membagikan kerja dari para Emak-emak yang terdiri dari 10 perempuan. Ada yang bagian memasak, belanja bahan makanan, packing, dan bagian distribusi.
“Ada dua pos memasak, di Kelurahan Kebungson terdiri RW 1 dan RW 2, dan Pos 2 di rumah Kader yang terdiri dari RW 3,”ucapnya sambil mempersiapkan PMT yang sudah siap saji, pada Jumat (20/9/2024).
Dari beberapa menu PMT yang disajikan, sudah tertulis di buku catatan kader. Setiap hari menu selalu berbeda, dan sudah ada kadar bahan yang akan disiapkan. Mulai dari sayuran, ikan, daging, serta buah-buahan.
Beberapa menu tersebut, juga berdasarkan standarisasi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gresik. Yakni dengan memprioritaskan olahan pangan berbasis protein hewani, bukan produk beku.
“Untuk menu pada hari Jum’at ini, Nasi Kepal (Butter Rice Red), Chickhen Katsu, Semur Tahu, plus Puyuh, Oseng-oseng Wortel plus brokuli dan buah semangka,” ujarnya.
PMT tersaji di dalam kotak yang sudah disediakan oleh para kader. Para kader pun langsung memberikan kepada 10 balita yang mengalami gizi kurang di Kelurahan tersebut.
“Kegiatan ini sudah berjalan sejak tanggal 19 Agustus lalu, berlaku 56 hari sesuai dengan intruksi dari Dinkes Gresik,” jelasnya.
Dari sekian PMT yang dibagikan kepada balita, seminggu sekali dilakukan evaluasi hasil dari kegiatan PMT yang dilakukan. Khususnya dalam hal berat badan. Karena dari 10 balita yang mendapatkan PMT, dikategorikan kurang gizi.
Para Kader door to door mengantarkan PMT ke masing-masing rumah. Mereka bahkan masuk ke gang sempit yang hanya bisa dilalui kendaraan sepeda motor. Selain itu mereka juga harus melewati gang yang cukup satu orang untuk masuk ke rumah penerima PMT.
“Semuanya kompak, untuk kesehatan masyarakat. Alhamdulillah, semua kader kompak. Mulai dari bagian masak, pencatatan menu, pencatatan penerima, dan kalender gizi anak semuanya dijalankan, serta bagian absensi penerima PMT anak,” tuturnya.
Dari beberapa kegiatan PMT yang dilakukan, hasilnya pun sangat positif. Dari pendataan dan monitoring Dinkes Gresik, ada beberapa kategori yang menerima PMT. Mulai balita stunting, Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK), dan gizi kurang bagi Balita.
“Kalau sebelumnya pada tahun 2022, ada enam balita stunting, kemudian pada tahun 2023 mulai berkurang tinggal empat, dan 2024 dinyatakan Zero Stunting oleh Dinkes Gresik,” papar Perempuan yang akrab disapa Ilung ini.
Ilung mengaku, dari kegiatan tersebut ada tantangan tersendiri. Bagaimana menjaga kesegaran bahan setiap kali hendak memasak, menjaga standarisasi higienis, pada malam hari bahan harus siap, dan belum lagi kesibukan masing-masing para kader.
Semuanya pun dilewati dengan rasa saling peduli dan memiliki sebagai warga Kebungson.
“Jam 08.00 WIB, PMT sudah terbagi ke masing-masing rumah yang diantar oleh para kader,” imbuhnya.
Dengan program PMT ini, para kader berharap balita tambah sehat dan tentunya gizi balita usia 0- 5 tahun berkembang dengan baik.
Lurah Kebungson, M Fither Kuntajaya menjelaskan, pemberian PMT Lokal ini, bahwa program ini merupakan inisiatif pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi pada balita. Apalagi kegiatan ini, juga selaras dengan Nawakarsa Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani.
“Program Pemerintah ini bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi kurang pada balita dan memastikan tumbuh kembang anak berjalan optimal,” ucapnya di sela-sela mendampingi para kader.
“Dengan kerjasama seluruh pihak, kami berharap dapat menciptakan generasi yang lebih sehat dan kuat,” harapnya.
Fither menjelaskan, Program PMT disambut positif oleh masyarakat Kebungson. Termasuk para orang tua dalam mengasuh balita.
“Alhamdulillah, sangat senang sekali dan semoga program ini bisa menjadikan anak saya bisa tumbuh berkembang,” ucap Fatimah, ibu 37 tahun yang anaknya 32 bulan menerima PMT.
PMT Lokal Secara Swakelola Lebih Berdampak Kepada Masyarakat
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gresik, dr Anik Lutfiyah, menjelaskan bahwa PMT berbahan pangan lokal sudah dilaksanakan di Gresik sejak tahun 2023 dan dilanjutkan pada tahun 2024 ini.
“Pada tahun 2023 dilaksanakan melalui penyedia, sedangkan tahun 2024 dilaksanakan secara swakelola oleh PKK Kecamatan dan Desa /Kelurahan. Dari pelaksanaan secara swakelola oleh PKK, hasilnya lebih baik karena lebih dekat dengan masyarakat/sasaran langsung. Ada pemberdayaan masyarakat desa, pemanfaatan bahan pangan lokal dan diharapkan ikut memberikan dampak ekonomi di Desa maupun Kelurahan,” ucapnya.
Menurut dia, dalam menjalankan program ini, PKK memberikan laporan awal, laporan tengah dan nantinya laporan akhir terkait pelaksanaan dan pendistribusian PMT. Untuk penanganan stunting, Kader Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) melaporkan pendampingan balita stunting yang mendapatkan PMT melalui akun TPK di aplikasi GUS (Gresik Urus Stunting).
“Bidan desa melaporkan hasil pemantauan berat badan dan tinggi badan yang dicatat perkembangannya setiap minggu. Sudah ada form pelaporan per anak yang diisi oleh bidan desa dan petugas gizi puskesmas. Tim Dinas kesehatan melakukan monitoring dengan kunjungan langsung ke beberapa dapur dan ke sasaran penerima,” paparnya.
Program ini, lanjut dia, memiliki prinsip tersendiri. Bagaimana PMT diberikan setiap hari berupa kudapan atau makanan lengkap tinggi protein hewani, sebagai tambahan bukan pengganti makanan utama, disertai dengan edukasi dan pendampingan.
“Tujuan utamanya adalah adanya perbaikan gizi dan perbaikan kebiasaan pola makan. Pada tahun 2024 ini, PMT sudah berjalan sejak Agustus dan masih berlangsung,” lanjutnya.
Baginya, evaluasi akhir belum bisa dilakukan, tetapi dari hasil pelacakan dan kunjungan lapangan ada ibu hamil yang mengalami kenaikan lingkar lengan atas, ada balita yang mengalami kenaikan berat badan signifikan, tetapi masih ada juga balita yang belum mengalami peningkatan.
“Dampak langsung PMT menurunkan stunting belum langsung terlihat, karena stunting kan kronis. Tetapi perbaikan gizi pada balita gizi kurang dan ibu hamil KEK, kalau dijalankan terus menerus, harapannya akan mencegah munculnya kasus stunting baru,” tuturnya.
Selain PMT, tentu masih diperlukan intervensi non spesifik lain. Seperti perbaikan kesehatan lingkungan, pencegahan infeksi, perbaikan sumber air, edukasi, perbaikan akses terhadap pangan (perbaikan ekonomi) dan lainnya.
Sedangkan untuk menu PMT, disusun oleh petugas gizi Puskesmas bersama dengan PKK, dengan menyesuaikan ketersediaan bahan dan kemampuan pengolah masakan. Menu mengacu ke juknis PMT Lokal dan buku resep makanan lokal dari Kemenkes.