Rumah Rata dengan Tanah, Kisah Pilu Satu Keluarga Terdampak Longsor Bawean Gresik

GresikSatu | Bencana tanah longsor benar-benar menjadi pilu bagi pasangan suami istri (Pasutri) Maidi (52) dan Jaliyah (50). Keduanya bersama 10 orang keluarganya termasuk ibu, anak dan menantunya sudah tidak bisa tinggal di rumahnya di Dusun Songai Deje Teros, Desa Balikterus, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean.

Ada dua rumah yang hancur milik keluarga tersebut. Satu rumah hancur total, satu rumah masih kokoh, hanya bagian dapur yang ambruk dan tidak bisa ditempati. Kedua rumah tersebut satu keluarga saudara dari Pasutri Maidi dan Jaliyah.

Jaliyah menceritakan, saat ada longsor sekitar pukul 01.00 WIB, dini hari Kamis (2/3/2023), suasana mencekam datang kepadanya. Ia terbangun dari tidurnya mendangar suara petir dan hujan begitu deras. Ditambah saat itu di kampung Jaliyah lampu PLN sedang mati. Tidak ada penerang lampu. Sontak jaliyah kaget saat bangun mendengar  bunyi seperti ledakan di ruang dapur bagian belakang rumahnya.

“Begitu saya lihat ternyata ada air masuk dan tanah longsor. Saya langsung berlari, membangunkan suami dan lima anggota keluarga yang lain di rumahnya,” ucap Jaliyah sambil memungut barang berharga perabotan rumah tangga.

Jaliyah serba bingung dan panik, karena saat itu juga ibunya yang berusia 70 tahun, sedang keadaan sakit. Sontak ia bersama suaminya langsung menggotong ibunya ke dataran lebih rendah rumah saudara.

Memang rumah Jaliyah ada persis di kaki gunung Pakeman area hutan lindung. Sejumlah pohon beserta material lumpur tertumpuk di rumah Jaliyah. Begitu juga di rumah sepupunya Saifuddin dengan empat anggota keluarganya.

“Rumah sepupu saya juga ada lansia ibu sepupu saya yang sudah tua. Langsung ditandu ke tempat yang aman di rumah saudara,” ujarnya.

Saat ini, Jaliyah bersama 11 anggota keluarganya mengungsi di rumah saudara dusun setempat. Setelah kejadian yang sudah lima hari kejadian longsor, setiap pagi dan sore dirinya bersama keluarga melihat rumah. Ia bersama keluarga terus dihantui rasa khawatir dan takut. Jika ada longsor susulan.

“Saya sudah pasrah dan sudah trauma untuk tinggal di rumah ini,”imbuhnya.

Ibu yang berprofesi sebagai petani bersama suaminya ini, sangat butuh uluran tangan bantuan untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab, saat ini satu keluarga yang berjumlah 12 orang itu masih mengungsi di salah satu rumah saudaranya di Dusun setempat.

“Semuanya menumpang, begitu juga dengan kebutuhan sehari-hari. Beberapa tetangga ada yang memberikan bantuan makanan dan sembako ke kami,” katanya.

Saat ini dirinya dilanda bingung setengah mati kalau nanti untuk membangun rumah baru. Selain dari keluarga yang kurang mampu, ia juga tidak cukup banyak lahan untuk dibuat rumah.

“Kami sekeluarga juga butuh akses layanan kesehatan untuk cek dua ibu kami yang sudah lansia. Namun, kami saat ini masih terus memikirkan sandang pangan anak-anak, menantu dan ibu kami. Hal dasar itulah yang kami butuhkan,” tuturnya sambil menangis.

“Kami semua sudah trauma tinggal di rumah. Takut ada longsor susulan, sepupu saya sempat pingsan begitu melihat kondisi rumahnya yang sudah tidak bisa ditempati. Atap, dinding perabotan semua tertimpun tanah,” tambahnya.

Dari kedua tersebut, belum semuanya sempurna seperti rumah layak pada umumnya. Masih beralas semen dan tanah. Sebagian salah satu rumah ada yang sudah dipasang keramik, dan sebagian tanah. Jika diuangkan Jaliyah bersama keluarganya menghabiskan uang Rp 300 juta untuk pembangunan dua rumah tersebut.

Kepala Desa Balikterus Abdul Aziz turut prihatin nasib kedua warganya yang tertimpa musibah. Pihaknya saat ini sudah menyiapkan bantuan uang tunai untuk pembangunan rumah baru untuk keduanya.

Ternasuk bantuan sembako yang baru datang dari Pemda. Bahkan, disana juga ada dua rumah lagi yang terdampak tanah longsor. Semuanya empat rumah di dua dusun yang berbeda.

“Di Dusun Songai Teros Deje dua rumah dan Dusun Laben juga dua rumah terdampak. Namun di Dusun Laben rumah tidak berdekatan gunung, melainkan ada di dataran tinggi. Kami akan bantu semuanya untuk proses pembangunan rumah baru melalui Kasun setempat,” paparnya.

Selain itu, pihaknya juga akan melakukan gotong royong bersama warga untuk memindahkan material di rumah yang terdampak longsor. Karena, alat berat tidak akan bisa masuk, dengan akses jalan perbukitan di Desa Balikterus.

“Kami juga sedang melakukan koordinasi bersama pihak DPUTR untuk pembagunan lima jembatan yang putus antar dusun di Desa Balikterus. Perkiraan pembangunan akses fasum tersebut mencapai Rp 2 Miliar sampai Rp 4 Miliar,” tambahnya memungkasi. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres