Setengah Abad Mambaus Sholihin Gresik: Jejak Perjuangan, Sanad Keilmuan, dan Kiprah Global

GresikSatu | Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Gresik resmi menapaki usia setengah abad. Momen harlah ke-50 ini dirayakan penuh khidmat dalam acara tasyakuran dan orasi ilmiah yang digelar di Gedung Rushaifah, Minggu (22/6/2025).

Tak hanya merayakan usia, acara ini juga menjadi ajang tasyakuran atas capaian akademik para pengasuh dan alumni yang meraih gelar Guru Besar dan Doktor.

Jejak panjang perjuangan Mambaus Sholihin dimulai dari sebuah surau kecil bernama At-Thohiriyah. Dengan semangat membangun generasi shalih dan berilmu, pondok ini tumbuh dan berkembang hingga dikenal luas dengan nama Mambaus Sholihin—yang bermakna “sumbernya orang-orang shalih”.

Salah satu pengasuh pondok, Agus H Muhammad Ma’ruf, putra KH Masbuhin Faqih, menjelaskan bahwa perjalanan pesantren selama 50 tahun adalah bentuk nyata dari visi besar mencetak generasi yang berilmu, berakhlak, dan berkhidmat.

“Cita-cita besar ini mewujud dalam visi mencetak santri berilmu, berakhlak, dan berkhidmat. Kami berupaya meramu nilai tradisi, modernitas, dan sanad keilmuan agar pesantren ini tetap relevan di tengah perkembangan zaman,” jelasnya.

Menurutnya, karakter unik Mambaus Sholihin terletak pada paduan kedisiplinan ala Gontor, kekuatan sanad Langitan, serta nilai-nilai tradisi pesantren Raudhatul Muta’alim Jatipurwo. Kombinasi tersebut menjadikan pondok ini tak hanya kokoh dalam tradisi, tetapi juga terbuka terhadap kemajuan.

Kini, jaringan dakwah dan pendidikan Mambaus Sholihin telah merambah ke berbagai daerah seperti Tuban, Blitar, Kendari, hingga Maluku. Di sisi kelembagaan, pondok juga mengelola pendidikan tinggi melalui Universitas Unkafa (S1–S3), layanan sosial Markas Baitul Musa, serta tengah membangun rumah sakit sebagai bentuk khidmat di bidang kesehatan.

Baca juga:  Musykernas dan Pelantikan Lembaga, Himam Pusat Bawa Misi Nawa Bakti Santri

“Ini bukan hanya perayaan seremoni, tetapi muhasabah perjuangan. Semoga harlah ini membawa keberkahan dan semangat baru dalam melanjutkan cita-cita pendiri,” ujar Agus H Ma’ruf.

Acara ini turut dihadiri Menteri ATR/Kepala BPN RI, Nusron Wahid. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa bangga terhadap eksistensi pesantren salafiyah yang terus berkembang tanpa kehilangan jati diri.

“Segala sesuatu yang memberi manfaat akan bertahan. Mambaus Sholihin adalah contoh nyata. Pesantren ini terus memberi manfaat, baik untuk agama, masyarakat, maupun bangsa,” ungkapnya.

Nusron juga menegaskan pentingnya menjaga sanad keilmuan dalam pembelajaran Islam. Menurutnya, era digital tak bisa menggantikan peran guru dan pesantren dalam mendidik generasi.

“Pesantren salafiyah harus dijaga. Tafaqquh fiddin harus dibimbing langsung oleh guru, bukan dari media sosial. Dari Mambaus Sholihin, semoga lahir ulama, teknokrat, politisi, dan pemimpin yang amanah,” jelasnya.

Sementara itu, orasi ilmiah disampaikan oleh Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi, tokoh pesantren sekaligus akademisi. Dalam paparannya, ia menyebut bahwa setengah abad bukan hanya angka, melainkan momentum strategis untuk mengevaluasi arah perjuangan pesantren.

Baca juga:  Habib Syech Sampaikan ‘Kangen’ Saat Bertemu KH Masbuhin Faqih di Ponpes Mambaus Sholihin Gresik

“Pondok pesantren adalah pusat peradaban dan pendidikan asli Indonesia. Ini bukan warisan biasa, tapi warisan yang harus dirawat dan dikembangkan,” tegasnya.

Ia mendorong agar pesantren seperti Mambaus Sholihin tidak hanya kuat dalam pendidikan agama, tetapi juga cakap dalam ilmu umum. Hal itu penting agar lulusan pesantren mampu menghadapi tantangan zaman secara komprehensif.

Prof Amal juga menyoroti kontribusi pesantren terhadap sejarah bangsa, termasuk dalam lahirnya intelektual dan pemimpin besar, serta keterlibatannya dalam pembentukan universitas-universitas Islam.

Setengah abad Mambaus Sholihin adalah titik penting. Kita tidak boleh puas, tetapi harus menjadikannya pijakan untuk melanjutkan perjuangan yang lebih besar,” katanya.

Puncak acara tasyakuran ditandai dengan penganugerahan dan pengakuan atas capaian luar biasa para alumni dan pengasuh yang berhasil meraih gelar akademik tertinggi.

Beberapa di antaranya adalah Prof. Muhammad Zamzami, Guru Besar bidang Pemikiran Modern Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya; Prof. Nasrullah, Guru Besar bidang Ilmu Hadits di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang; dan Dr. Majduddin, Doktor bidang Ekonomi Syariah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Kiprah alumni ini menjadi bukti bahwa pondok pesantren mampu mencetak kader-kader unggul yang berkontribusi secara nasional dan global—baik di bidang keilmuan, sosial, maupun kepemimpinan.

Reporter:
Chofifah Qurotun Nida
Editor:
Aam Alamsyah

Terpopuler

Rekomendasi Berita

Advertisement

Berita Lainnya