GresikSatu | Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik resmi beroperasi kembali lebih cepat dari jadwal semula.
Fasilitas pemurnian tembaga tersebut sempat mengalami gangguan akibat insiden kebakaran pada Oktober 2024.
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas mengatakan bahwa beroperasinya kembali smelter pada pekan ketiga Mei 2025 merupakan pencapaian besar yang menunjukkan resiliensi perusahaan dalam menjalankan komitmen hilirisasi mineral.
“Produksi smelter sebenarnya dijadwalkan dimulai pada pekan ketiga Juni. Namun karena progres perbaikan yang cepat, akhirnya bisa lebih awal,” ujar Tony saat mendampingi kunjungan petinggi Freeport-McMoRan di Gresik, Kamis (22/5/2025).
Kunjungan tersebut dihadiri langsung Chairman of the Board Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson dan President & CEO Freeport-McMoRan Kathleen Quirk.
Keduanya datang untuk memastikan kesiapan operasional smelter dan dukungan terhadap akselerasi produksi.
Tony menjelaskan bahwa saat ini proses pemurnian sudah berjalan, dan produksi katoda tembaga ditargetkan keluar pada minggu keempat Juni 2025.
“Setelah konsentrat tembaga dimasukkan, bahan tersebut diolah di furnace menjadi anoda tembaga. Selanjutnya dibawa ke electrorefinery untuk menghasilkan katoda tembaga,” jelasnya.
Dukung Hilirisasi Nasional
Kembalinya operasi smelter Freeport di Gresik menjadi bagian dari komitmen PTFI terhadap program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah.
Tony menyebut percepatan ini juga menjadi bukti kemampuan industri nasional mengelola proyek strategis skala besar.
“Ini bukan hanya tentang memperbaiki fasilitas, tetapi menjaga komitmen terhadap hilirisasi sumber daya mineral dari hulu ke hilir,” tegasnya.
Untuk mendukung kelancaran proses perbaikan, PTFI mendatangkan peralatan penting dari luar negeri menggunakan pesawat kargo berbadan lebar seperti Boeing 747 dan Antonov AN-124. Total pengiriman mencapai lebih dari 300 ton.
Selain itu, lebih dari 2.000 pekerja dikerahkan dalam dua shift kerja, fokus pada perbaikan, pengadaan, instalasi, dan commissioning fasilitas.
“Kami memprioritaskan keselamatan dan efisiensi. Setiap tahapan kami lakukan dengan sangat hati-hati agar hasilnya maksimal,” tambah Tony.
Ramp-Up Menuju Produksi Maksimal
Dengan beroperasinya kembali smelter, PTFI kini mulai memasuki fase ramp-up, yakni peningkatan bertahap kapasitas produksi. Dari target awal 40 persen, smelter diharapkan dapat mencapai 100 persen kapasitas produksi pada Desember 2025.
“Smelter ini akan menjadi tonggak penting dalam mewujudkan kemandirian industri nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global,” terang Tony.
Ia menambahkan, keberhasilan ini juga menjadi bagian dari dukungan perusahaan terhadap visi Indonesia Emas 2045.
“PTFI berkomitmen terus berkontribusi dan memberikan nilai tambah bagi bangsa dan negara melalui hilirisasi dan peningkatan kapasitas industri dalam negeri,” pungkasnya.