Sosok Ahmad Nailul Faroq, dari Santri Menjadi Politisi

GresikSatu | Ahmad Nailul Faroq, putra Gresik kelahiran 1985 ini, merupakan sosok santri tulen. Enam tahun mengenyam pendidikan di Pesantren Mambaus Sholihin, menjadikan dirinya matang dalam segala hal. Baik keagamaan maupun kepemimpinan.

Tak heran, setelah lulus dari dunia pesantren, deretan organisasi kemahasiswaan maupun kepemudaan pernah diduki. Antara lain, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Surabaya Setalah, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Tanggerang Selatan, hingga Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Cabang Gresik.

Dengan banyaknya pengalaman beorganisasi, membuat Cak Nailul, begitu sapaan akrabnya, menjadikan politik sebagai alat perjuangan. Pilihan ini tentu sangat dipertimbangkan dengan baik, mengingat banyaknya alumni santri yang sudah malang melintang menduduki posisi strategis hingga pemegang kebijakan di negara ini.

“Pengalaman dari organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan membentuk saya yang sepert ini. Tentu dengan mengedepankan nilai-nilai pesantren yang sempat saya pelajari,” kata alumnus Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) itu, Jum’at (24/3/2023).

Nailul sendiri, memiliki segudang pengalaman kerja-kerja sosial maupun profesional saat berada di Jakarta. Karirnya dimulai saat ia berada di staf Paramuda Foundation dari tahun 2010 hingga 2012, kemudian Koordinator advokasi dan investigasi jaringan pemantau pendidikan Indonesia (JPPI) 2014 hingga 2018.

sosok ahmad nailul faroq, dari santri menjadi politisi
Infografis Ahmad Nailul Faroq. (Desain :Jalil/Gresiksatu.com)

Lalu sebagai Koordinator analisis data di PT Konsepindo Riset dan Strtegi Jakarta, dan mulai tahun 2021 sampai sekarang menjadi staf Ketua DPRD Gresik Much Abdul Qodir. Dalam pengalamannya, Nailul menceritakan saat dirinya terlibat dalam akselerasi peningkatan kualitas pendidikan di tahun 2018 bersama JPPI.

“Salah satu rekomendasi saya adalah soal partisipasi publik, lalu soal regulasi, anggaran dan kebijakan afirmatif,” ungkapnya.

Rekomendasi gagasan tersebut, ia dapatkan saat menjadi koordinator tim advokasi akselerasi akses pendidikan berkualitas di 4 kabupaten/kota (Malang, Tangsel, Bintan dan Maros).

“Selain itu, di tahun yang sama 2018 pernah juga berpartisipasi dalam riset bersama 13 negara dalam forum RTEI (Right to Edication Indeks) soal indeks kualitas pendidikan di 13 negara,” ujarnya.

Nailul juga pernah aktif lembaga swadaya masyarakat (LSM) anti korupsi, Indonesia Corruption Watch (ICW). Disana juga melakukan kajian tentang pemerintahan dan sistem  pendidikan di Indonesia.

“Dari pengalaman-pengalaman tersebut, saya harap ada langkah ikhtiar jalur politik. Untuk turut serta meningkatkan kualitas pendidikan di Gresik,” tambahnya memungkasi.

Kini, sebagai langkah ikhtiyar dalam berpolitik, Nailul memberanikan diri dalam mengikuti konstelasi pemilu 2024 mendatang. Ia memantapkan diri di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai kendaraan politik dan akan bertarung di Dapil 1 Gresik – Kebomas. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres