Warga Manyar Dilatih Berbagai Olahan Mangrove, Cita Rasa Unik Bernilai Ekonomis

0
Gresiksatu.com
Olah keterampilan tanaman mangrove sebagai produk bernilai ekonomis di Desa ManyarSidomukti (Foto : Chofifah/www.gresiksatu.com)

GresikSatu | Masyarakat Desa Manyar Sidomukti Gresik mendapat pelatihan olah mangrove jadi produk minuman lezat Dawet Cendol, di Balai Nelayan Kalimireng, desa setempat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Sabtu (26/2/2023).

Tanaman Mangrove ternyata dapat disulap menjadi berbagai produk bernilai ekonomi. Mulai dari keripik, obat herbal, sirup, brownis, sabun, kecap, batik, lulur, bahkan olahan khas dawet cendol.

Dalam program Mangrove Biru Kalimireng olahan minuman menyegarkan tersebut diberi nama Dawet Borju’s (Bogem Deruju ManyarSidomukti). Nampak seperti olahan dawet kebanyakan, hanya berwarna sedikit coklat. Memiliki cita rasa unik, dengan kandungan serat mangrove kaya manfaat.

Pegiat mangrove peraih Kalpataru dari Presiden Jokowi tahun 2011 Lulut Sri Yuliani menjelaskan, ada jenis mangrove yang tidak bisa dikonsumsi dalam jangka panjang. Karena terdapat kandungan cianida seperti jenis bruguiera, maka dari itu dibutuhkan komposisi resep dalam mengolah.

“Ada racikan khususnya, saya juga memiliki ahli sains untuk menguji kandungan dan manfaat jangka panjang, berdosa sekali jika harus shodaqoh penyakit pada orang lain,” katanya.

Dawet Borju’s berasal dari kombinasi daun Sonneratia Alba dan Acanthus. Nama Deruju adalah julukan dari masyarakat. Memiliki manfaat melancarkan peredaran darah, serta menjaga kesehatan kulit.

“Dalam meramu mangrove diawali dengan cara memilih bahan baku, saya jelaskan secara detail agar masyarakat tidak keliru bahwa koloni mayor avicenia mangsa pasarnya kecil. Tidak boleh dikonsumsi remaja, ibu hamil, dan anak, sebab memicu stunting. Karena saya seorang pebisnis, menjadi bentuk tanggung jawab dalam memberi arahan dan bimbingan market jangka panjang,” pungkasnya.

Sriyanto dari Yayasan Esa Khatulistiwa Surabaya mengatakan, terdapat lebih dari 20 jenis tanaman mangrove di Kalimireng yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi.

“Ini dapat menjadi alternatif dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Nilai manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat, tidak hanya sebagai produk jual namun diharapkan agar dapat menjaga populasi mangrove di masa yang akan datang,” katanya.

Kegiatan tersebut bekerja sama dengan Yayasan Esa Khatulistiwa Surabaya, PT. Cargill Gresik dan ITS Biologi Surabaya. (ovi/aam)