GresikSatu | Kasus dugaan penggelapan yang menyeret Abdul Halim mantan Kepala Desa (Kades) Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, Gresik, membawa pengaruh juga ke Wisata Setigi.
Wisata yang dulunya dijuluki desa miliarder dan viral di segala penjuru kondisinya sudah tidak seramai dulu.
Saat ini, beberapa wahana dan fasilitas juga sudah mulai rusak dan tak terawat. Para pedagang makanan dan minuman yang ada di dalam wisata Setigi sangat berkurang.
Imbas dari sepinya pengunjung, kini hanya tersisa 5 stan yang buka pada hari biasa, dan 9 stan buka pada hari Minggu.
Pada hari Minggu, atau hari libur, pengunjung wisata Setigi yang datang tidak sebanyak dahulu. Kemudian danau yang menjadi icon wisata Setigi, spot foto pengunjung kini mengering karena masih dalam perbaikan. Keringnya danau buatan tersebut, mengalami kebocoran yang disebabkan akar pohon.
Manager Wisata Setigi Basith menyebut dengah kondisi yang saat ini, Wisata Setigi tidak bisa berbuat banyak untuk membenahi. Pendapatan dari tiket pengunjung yang masuk juga masih minim, hanya cukup untuk membayar karyawan.
“Kalau karyawan sekarang sisa 16 orang, itu pun kita secara gantian masuknya. Untuk saat ini bisa gaji karyawan sudah bagus. Tapi menunggu kasus Mantan Kades itu selesai, nanti akan di rencanakan secara matang mau diapakan wisata Setigi ini,” ucapnya, Jumat (6/12/2024).
Diketahui Wisata Setigi merupakan primadona saat masa kejayaannya. Wisata Setigi itu, akronim dari selo yang artinya bebatuan,Tirto artinya Air dan Giri yang artinya Gunung. Wisata ini dibuka 1 Januari 2020.
Dulunya wisata setigi adalah sebuah lahan bekas tambang batu kapur dan sejak 2003 sudah tidak lagi digunakan. Kemudian, berubah fungsi sebagai tempat pembuangan sampah.
Pada 2018, semenjak Abdul Halim menjabat sebagai Kepala Desa Sekapuk, ia bersama warga berinisiatif untuk membersihkan dan menjadikannya sebagai tempat wisata.
Saat pertama kali dibuka, Wisata Setigi mendapatkan antusias luar biasa dari masyarakat lokal maupun dari luar kota. Bahkan, wisatawan dari manca negara tertarik untuk mendatangi wisata bekas tambang tersebut.
Melihat antusias wisatawan yang semakin banyak, Abdul Halim yang saat itu menjabat sebagai Kepala Desa menaikan harga tiket masuk sebesar Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu.
“Harga tiket dari Rp 15 ribu naik menjadi 30 sampai Rp 40 ribu, ada penurunan pengunjung secara drastis. Saya tidak tahu berapa penurunannya waktu itu, karena saya ditunjuk oleh warga jadi manager disini masih baru seminggu,” paparnya.
Naiknya harga tersebut, lanjut dia, merupakan langkah Mantan Kepala Desa Abdul Halim untuk menutupi kekurangan untuk pembangunan wisata baru yakni Kebun Pak Inggih (KPI).
Sehingga, pendapatan dari Wisata Setigi banyak yang terkuras untuk ambisi Abdul Halim dalam membangun wisata KPI.
“Banyak yang pendapatan dari sini (Setigi) untuk menutupi kebutuhan dari Wisata KPI. Hingga ada beberapa karyawan yang di Setigi yang gajinya nunggak sampai tiga bulan,” terangnya.