Desa Ngipik dan Kiprah Raden Sunaryo Senopati Sunan Giri Gresik

GresikSatu | Ngipik merupakam nama sebuah Desa atau Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik. Asal muasal penamaan desa tersebut bermula dari kisah Raden Sunaryo atau yang akrab dipanggil Mbah Aryo.

Sesepuh Kelurahan Ngipik, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Hud (74) menyampaikan Mbah Aryo atau Aryo Susuli adalah panglima kerajaan pada masa kejayaan Sunan Giri.ia menduduki sebagai senopati Sunan Giri.

Mbah Aryo merupakan keturunan dari Banyak Wedi yakni seorang Adipati Gresik bersama istrinya Putri Sekar Kedaton.

“Beliau ini awalnya murid dari Sunan Ampel, Sunan Giri dan Raden Aryo sama-sama berguru di Sunan Ampel waktu itu. Hingga akhirnya Raden Sunaryo ini ikut berkhidmah bareng Sunan Giri,” ungkapnya, Senin (14/8/2023).

Kiprah perjuangan Mbah Aryo tercatat pada saat Giri Kedaton diserang kerajaan Majapahit tahun 1481 M. Saat itu, Majapahit di bawah kekuasaan Prabu Girindrawardhana yang beragama hindu. Majapahit menggempur Giri Kedaton, karena Sunan Giri dianggap salah satu musuh.

“Prabu Girindrawardhana atau Brawijaya VI iri sebab terbangunnya kerajaan Giri Kedaton, setelah rampung penyelesaian 7 tingkat. Para pasukan majapahit mulai menyerang,” tuturnya.

Mbah Aryo tak gentar melawan ribuan tentara Majapahit meski harus menumbalkan nyawanya sendiri.

“Mbah Aryo ini kan seperti ksatria dari Madura, beliau tidak takut mati di medan perang,” bebernya.

Dalam pertempuran itu, Mbah Aryo gugur sebagai syuhada’ ditangan musuh. Namun ajaibnya jasad Mbah Aryo dibawa pulang oleh seekor kuda putih kesayangannya kembali ke rumah untuk dimakamkan.

“Semasa itu makam tersebut disembunyikan dan dirahasiakan, baru ditemukan saat masa penjajahan Belanda abad ke 18 M. Ada kejadian sesepuh desa yang mengalami kesurupan kemudian memerintahkan untuk menyalakan lampu dan menggelar tikar (keloso). Lalu berujar sun Raden Aryo saking Meduro, sun berarti ingsun. Setelah itu, memberitahukan lokasi makamnya berada,” ungkapnya.

Makam yang berada di depan Masjid Nurul Jannah ini kemudian disebut oleh masyarakat sebagai Makam Wong Apik (orang baik). WongApik dijadikan rujukan sebagai nama desa ini Ngapik atau Ngipik.

“Biasanya diadakan haul setiap bulan Safar pada hari minggu, masyarakat melakukan selametan sekaligus tradisi tolak balak didepan makam,” tuturnya.

Raden Sunaryo sempat menikah dengan perempuan bernama Putri Jaileko (Julaikha) dari Giri Kedaton. Kemudian mempunyai 2 anak bernama Putri Presmis dan Raden Fatikal. Keistimewaan Mbah Aryo semasa hidup adalah mampu berjalan diatas air dan senjata pecut gembolo geni. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler