Mengenal Desa Telukjatidawang, Sentra Ikan Pindang Tradisional di Bawean Gresik

GresikSatu | Pulau Bawean yang dikelilingi lautan, tidak lepas dari potensi kekayaan lautnya. Terletak 81 mil dari perairan Kabupaten Gresik, tentu banyak hasil laut ikan, yang diperoleh masyarakat disana. 

Seperti di Dusun Dedawang, Desa Telukjatidawang, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean. Disana mayoritas warga berprofesi nelayan banyak menggeluti usaha pemindangan ikan. Bahkan, hal tersebut menjadi salah satu potensi UMKM desa setempat, dan menjadi kampung sentra pindang di Pulau Bawean

Pindang Bawean sendiri, punya ciri khas yang berbeda dari pada pindang pada umumnya. Disana mulai dari teknik pembuatan hingga pembakaran dilakukan secara tradisional. 

Mulanya, ikan hasil nelayan dipilih, dan dimasukkan ke bak sebelum dimasukkan ke kendi untuk dibakar. Kemudian, kendi diberikan jerami padi, lalu ikan dimasukkan ke kendi tersebut. Setelah itu, diberikan garam dan disiram laut.

Kemudian, ikan pindang dibakar di tungku pembakaran hingga ikan pindang diangkat dan dibersihkan airnya di dalam kendil tempat yang disediakan. Tiba di waktu akhir, yakni dibungkus dengan daun jati dilengkapi tali dari bahan bambu.

Kepala Desa Telukjatidawang Fahrur Rozi mengatakan, usaha ikan pindang ini sudah turun temurun di dusun setempat di musim ikan. Yakni mulai dari bulan Juni sampai Desember akhir tahun. Artinya pada bulan tersebut sudah masuk musim ikan pindang. 

“Semuanya menggunakan alat tradisional. Mulai dari tempat pemindangan kendil ikan pindang, hingga proses pembakaran pindang menggunakan kayu bakar,”ucapnya, Senin (6/11/2023). 

Paklong sapaan akrabnya, menyebut sentra ikan pindang di dusun setempat ada sekitar 40 pelaku UMKM pindang. Semuanya aktif dan selalu laris dijual ke daratan Pulau Jawa. Bahkan, usaha ini juga menyerap lapangan pekerjaan warga setempat dan luar warga Desa Telukjatidawang

“Ada beberapa pekerja pindang yang dari desa Kecamatan Sangkapura,” ujarnya.

Butuh Bantuan Pembuatan TPI

Kendati demikian, saat ini pihaknya masih membutuhkan bantuan untuk para pelaku UMKM disana. Lantaran memang keuntungan dari penjualan pindang tidak sampai membuat UMKM ini naik kelas. Pihaknya banyak menyerap aspirasi dari pelaku UMKM untuk dibuatkan perikanan atau tempat pelelangan ikan (TPI). 

“Sebab, muara nelayan di Bawean pasti jujukan ke Dermaga Dedawang. Bahkan nelayan yang dari Perikanan Sangkapura datang kesini untuk menjual ikan. Tentu, nantinya kalau ada bantuan dari perusahaan maupun Pemerintah Daerah bisa membangun TPI mini. Butuh sekitar Rp 500 juta untuk pembangunan tersebut,” paparnya. 

Harapanya, lanjut dia Pemdes mendapatkan bantuan untuk diserahkan ke pelaku UMKM. Baik berupa alat, modal maupun yang lainnya. Sehingga nantinya, kalau ada bantuan dari Pemerintah maupun perusahaan untuk menampung ikan disini, maka Pemdes akan membuat Bumdes yang akan mengolah hasil tangkapan nelayan. 

“Saat ini usaha masih perorangan, belum terkoordinasi oleh Pemdes,” lanjutnya.

Usaha Ikan Pindang Tradisional Turun-Temurun

Salah satu pelaku usaha pindang di dusun setempat, Edi Santika mengatakan, proses pemindangan ikan butuh sekitar 1 jam lebih, untuk memasak ikan pindang di tungku yang disiapkan. 

“Ini tadi produksi dua keranjang ikan atau basket. Masing-masing keranjang berat 50 Kg. Dari produksi tersebut, menghasilkan sekitar 300 kendi ikan pindang siap kirim,” ucapnya. 

Di lahan seluas 6×12 ini, usaha pindang milik Edi, dia dibantu beberapa pekerja dari warga setempat dan warga luar desa. Ada sekitar 9 pekerja, dengan masing-masing laki-laki 3 orang dan perempuan 6 orang. 

“Produksi pindang musiman, karena memang hanya mengandalkan musim ikan saja. Mulai bulan Juni sampai bulan Desember akhir saja,” jelasnya. 

Nantinya, lanjut dia, setelah proses pembakaran dan pindang dibungkus. Ratusan pindang ini akan dikirim ke Tuban, dan daerah lainnya di Pulau Jawa. Melalui pengiriman kapal. 

“Dengan usaha ini masyarakat sangat terbantu untuk mata pencaharian. Meskipun sebenarnya, kami sangat butuh modal agar bisa mandiri. Karena sementara ini, kami usaha dari orang yang sudah memberikan modal perorangan ke kami,”bebernya. 

Edi sendiri sudah generasi ke 3 usaha pindang dari keluarganya. Sekitar 9 tahunan dirinya menggeluti usaha ini. Rata-rata setiap harinya 1000 kendi ikan pindang yang diolah. 

“Harapannya, nantinya ada diberikan modal untuk pengolahan bandeng. Agar nantinya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Kalau dijual biasa Rp 6 ribu per kendi,” tambahnya. 

Untuk lokasinya, dari Pelabuhan Bawean sekitar 13 Km menuju kampung sentra pindang ini. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres