Persiapan Riyoyo Kupat: Warga Gresik Anyam Janur Kuning hingga Daun Pisang

GresikSatu | Menyambut tradisi Riyoyo Kupat yang jatuh setiap 7 hari setelah lebaran Idul Fitri, para warga Gresik mulai mempersiapkan berbagai kebutuhan seperti janur kuning, daun pisang, hingga berbagai lauk khas yang hanya ada saat momen tertentu.

Makanan tersebut nantinya akan disantap bersama keluarga, juga dibawa ke Masjid atau Musholla terdekat untuk melaksanakan tradisi Ambengan.

Seperti yang terlihat di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, para warga khususnya ibu-ibu bahkan antusias menganyam janur kuning untuk dibuat menjadi wadah ketupat dan lepet.

Ketupat berisi beras yang telah dimasak bersama keteg semalaman hingga matang dan kenyal, rasanya mirip seperti lontong. Sementara Lepet merupakan makanan khas yang berbahan dasar beras ketan, kelapa muda, garam, dan kacang tolo.

Baca juga:  Progres Pelebaran Jalan Manyar Gresik Sudah Mulai Diaspal

Salah satu warga, Mur (54) menyampaikan telah melakukan persiapan sejak jauh hari, sebab hal yang paling rumit dalam tradisi Riyoyo Kupat adalah mencari janur dan menganyamnya.

“Persiapan sejak kemarin, karena buatnya nggak mudah. Apalagi sekarang banyak warga yang jarang buat ketupat sendiri dan pilih beli jadi,” ungkapnya, Selasa (16/4/2024).

Ketupat yang sudah jadi dan siap disantap dibandrol Rp 5 ribu – 6 ribu perbiji, sementara lepet dibandrol Rp 7 ribu per biji. Jika ingin membeli wadahnya saja, wadah ketupat dan lepet ditarif Rp 1 ribu pet biji. Namun bila meminimalkan pengeluaran bisa memberi janur kuning saja dengan harga Rp 5 ribu per 10 pcs.

Janur kuningnya memang mahal, masaknya juga lama dan cukup menguras tenaga. Apalagi sudah jarang yang memiliki keterampilan menganyam ketupat,” tuturnya.

Baca juga:  Cegah Perundungan, PWI dan Dispendik Gresik Bahas Tiga Dosa Besar Pendidikan

Berbeda dengan zaman dulu, dahulunya setiap rumah akan membuat ketupat dan lepet yang akan diberikan kepada para tamu dan dibagikan kepada sanak saudara. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut juga banyak yang berubah.

“Kalo dulu itu tradisinya Kupat Liwat, jadi akan dibagikan kupatnya satu-satu ke warga atau orang yang lewat, siapapun orangnya. Kalo sekarang cuma dibuat ambengan sama kalo ada tamu saja di rumah,” pungkasnya.

Reporter:
Chofifah Qurotun Nida
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler