GresikSatu | Masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) sudah dilakukan di beberapa sekolah. Tak terkecuali di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Huda Pulau Bawean Gresik. Uniknya, di sekolahan ini, MPLS dilakukan dengan saling menyuapi makanan antara wali murid dan siswa.
Kegiatan ini mempunyai makna filosofis tersendiri. Yakni, membiasakan anak-anak peduli kepada orang tua. Karena kelak anak akan menyuapi orang tuanya. Tampak ratusan siswa dan wali murid dari kelas I sampai kelas VI ini saling menyuapi antara anak dan orang tua. Baik orang tua bapak maupun ibu.
Hal tersebut dilakukan dengan kondisi masing-masing anak dan orang tua menutup mata. Bertujuan nantinya siswa tidak menutup mata saat menyuapi kedua orang tuanya.
Kepala Sekolah SDIT Al Huda Bawean Rissky Wahyu Saputra mengatakan, kegiatan saling menyuapi ini rangkaian kegiatan MPLS hari ke empat di Sekolah. Dengan mengikutsertakan semua wali murid kelas I sampai kelas VI. Tidak hanya siswa baru saja.
“Ini juga kegiatan komitmen dari pendiri yayasan di sekolah kami. Untuk bersinergi antara siswa, orang tua dan guru,” ucapnya, Senin (25/7/2022).
“Selama dua terakhir ini tidak ada kegiatan karena dampak pandemi Covid-19. Hanya via zoom saja,” tambahnya.
[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Baca Juga ” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”1″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”cat” orderby=”date”]
Menurutnya, sekolah dibawah Yayasan Pendidikan dan Sosial Darul Fikri ini, setiap tahun ajaran baru siswa yang masuk mengalami peningkatan. Kini, di tahun ajaran 2022-2023 sudah ada 61 siswa yang masuk di SDIT.
“Melebihi target, yang semula target 60 siswa. Sedangkan siswa yang keluar alias lulus kelas VI berjumlah 46 siswa,” ujarnya.
Adapun keseluruhan siswa jelas Rissky, berjumlah 319 siswa dari 308 dari tahun sebelumnya. Termasuk siswa dari daerah luar Bawean. Satu siswa dari Tanggerang, dan satu siswa dari Batam.
“Prinsip pendidikan sekolah dari para pendiri, di sekolah ini bukan orang Bawean ke Jawa tapi orang Jawa ke Bawean,” jelasnya menirukan pesan salah satu pendiri yayasan Raden Baharuddin.
Rissky menambahkan di SDIT sendiri ada beberapa program unggulan. Salah satunya mempertahankan nilai-nilai kedisiplinan baik kepada guru maupun siswa. Mulai dari era pendiri sampai sekarang. Selain itu siswa juga dibekali buku penghubung dari Sekolah. Dari buku tersebut ada poin yang akan diisi wali murid. Mulai kegiatan ubudiyah keagamaan hingga ada catatan keluhan dari siswa.
“Juga setiap guru kelas dibekali PMKS (penerimaan masukan, kritikan dan saran). Setiap seminggu sekali dilakukan dilakukan evaluasi dari hasil kritikan itu. Di hari libur juga ada buku qmal yaumi liburan berisi kegiatan siswa mulai sholat yahajud , sampai penggunaan Hp,” tambahnya.
Sedangkan untuk program khusus ada program tahfidz mulai kelas I sampai kelas VI. Program ini merupakan insntitas siswa. Kalau sekarang rata-rata siswa sudah hafal 7 Juz. Kedepan targetnya 30 Juz setiap siswa.
“Lalu ada program asrama, seperti Pondok pesantren. Sekarang sudah ada 80 siswa-siswi yang menempati. Termasuk alumni SDIT Al Huda yang sekolah di SMPN dan siswa luar Bawean,” paparnya. (faiz/aam)