Spirit Puisi Menjadi Guru

Pembukaan tulisan ini saya mulai bersama salah satu penyair Gresik dan Ichwan Arif di tempat tunggu tamu SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik. Di sana, penyair Gresik itu memperkenalkan Ichwan Arif kepada saya. Kemudian penyair Gresik itu menyodorkan buku antologi Zaman” yang diterbitkan oleh Forum Penyair Airlangga (1996) kepada Ichwan Arif.

Ichwan Arif mengambil dan membuka buku antologi “Zaman”, lalu memperlihatkan salah satu sajaknya kepada saya: “//di lingkaran pembakaran kapur/ ada kota kota mungil mengail/ ngail sari bumi. menumpuk/ benang dijahit plastik bernama.// asap. itulah gerak/ membawa foto keluarga merambati/ tempat merah, arang dan batu/ batu mekar meleleh.// kita tak bisa bangun tempat otomastis/ sebab di bawah tanah, rusukku/ masih berkelamin dengan bayinya.//

Sajak itu berjudul “Di Lingkaran Pembakaran Kapur Ada Kota-Kota Mungil”, ditulis oleh Ichwan Arif di Surabaya, 1996. Ichwan Arif berkisah bahwa sajak itu sangat berkesan karena berhubungan dengan biografi keluarganya. Saya membaca sajak itu, saya menemukan idiom tentang proses pembakaran kapur. Saya tiba-tiba teringat pada lelaki yang memasukkan kayu bakar ke dalam tungku pembakaran kapur.

Setelah itu, pembicaraan kami melebar pada kepenyairan Ichwan Arif, sepak terjang awal mula beberapa penyair Jawa Timur, dan buku. Saya jadi baru mengetahui bahwa Ichwan Arif termasuk penyair Gresik, selain Suwandhi Indrakusuma (Tjia Swan Djioe), Achbir Simam (H. A. Buchory Rachman), Lenon Machali, Mardi Luhung, hingga A. Muttaqin.

Buku antologi “Zaman” yang diterbitkan Forum Penyair Airlangga (1996)
Sumber buku: Herman Adhek Nasution

Penyair

Ichwan Arif lahir di Gresik, 5 Desember 1975. Setelah lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Gresik, Ichwan Arif melanjutkan studi di Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga. Selama kuliah, Ichwan Arif aktif di Senat Fakultas dan pernah menjabat sebagai ketua Himaprodi (Himpunan Mahasiswa Program Studi) Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga.

Selain organisasi kampus, Ichwan Arif juga menjadi koordinator Forum Penyair Airlangga. Pada tahun 1996, Forum Penyair Airlangga menerbitkan kumpulan sajak yang di dalamnya ada karya Ichwan Arif, Panji K. Hadi, W. Haryanto, dan S. Yoga. Berjudul buku antologi “Zaman”. Barangkali judul “Zaman” merepresentasikan dari tiap sub judul dari kumpulan sajakmereka: “Zaman Upacara Matahari Terbit” (Ichwan Arif); “Zaman Semedi Daun” (Panji K. Hadi); “Zaman Homo Animus” (S. Yoga); dan “Zaman Rekonstruksi Bisu” (W. Haryanto).

Baca juga:  Perihal Majalah Gerawasi

Masih tahun 1996, buku antologi “Zaman” dibacakan di Radio Elbayu (Gresik) dan kelompok seni Cager (Gresik). Ichwan Arifmengingat kembali bagaimana pembacaan buku antologi “Zaman” di kelompok seni Cager: Mereka (Panji K. Hadi, S. Yoga, dan W. Haryanto) datang bersama cerpenis Soni Karsono. Waktu itu, Cager masih latihan di halaman kantor Depag(sekarang Kemenag) Gresik. Kami membacakan “Zaman” di sana.”

Ichwan Arif ketika masih mahasiswa sedang kegiatan lapangan di Surakarta untuk mata kuliah Filologi (1996)
Sumber foto: Andik Yulianto

Ichwan Arif juga bercerita bagaimana mereka saling mendukungsatu sama lain, seperti ikut mengarak Panji K. Hadi di kampus setelah puisinya yang berjudul “Bila Berdiri Di Sini, Selatmu Mulai Kulayari” masuk di buku antologi “Pemintal Ombak”. Buku antologi “Pemintal Ombak” berisi sepuluh puisi terbaik se-Indonesia versi Sanggar Purbacaraka Fakultas Sastra Universitas Udayana 1996. Ichwan Arif mengenang dirinya ikut menemani Panji K. Hadi ke acara peluncuran buku antologi “Pemintal Ombak” di Bali.

Guru

Setelah menamatkan perguruan tinggi dari Universitas Airlangga, Ichwan Arif menjadi guru di SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik. Dalam proses sebagai guru, Ichwan Arif telah melahirkan dua buku, antara lain: “10 Permainan Anak untuk Melatih Anak Menulis Cerita” (2013) dan “Merawat Singa Kreatif” (2019).

Dua buku tersebut membahas tentang aplikasi kongkret pembelajaran yang dilakukan Ichwan Arif di Majelis Dikdasmen (Pendidikan dasar dan Menengah) PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) Gresik Kota Baru (GKB), Gresik, Jawa Timur.Saya kagum karena Ichwan Arif terus melakukan inovasi dalam metode pengajaran agar ilmu yang disampaikannya lebih mudah diserap oleh peserta didik.

Ichwan Arif memperoleh beberapa prestasi, seperti juara I LKG (Lomba Keberhasilan Guru) Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Direktoral Profesi Pendidik, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009; dan juara III LKIG (Lomba Kreativitas Ilmiah Guru) ke-19 Tahun 2011 yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan AJB Bumiputera 1912.

Baca juga:  Kisah “Rongsang” dalam Pameran Seni Rupa di Gresik
Potret Ichwan Arif
Sumber foto: Istimewa

Dunia sastra masih tetap digeluti Ichwan Arif di tengah kesibukannya sebagai guru. Meski sudah jarang menulis sajak, Ichwan Arif justru lebih sering menulis cerpen. Salah satu media yang sering memuat cerpen Ichwan Arif adalah majalah Matan.Ichwan Arif juga mengaku punya sekitar belasan cerpen yang dimuat di media dan berencana membukukannya jika sudah mencapai sekitar dua puluh cerpen.

Perihal soal cerpen, ada hal menarik pada kebijakan Ichwan Arifketika menjabat sebagai Kepala Sekolah SD Muhammadiyah GKB Gresik dan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik. Kebijakan itu adalah setiap angkatan peserta didik yang akan lulus sekolah harus membuat satu cerpen. Nanti cerpen dari para peserta didik dikumpulkan dan dibukukan oleh pihak sekolah.

Buku-buku hasil karya peserta didik terbitan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik
Sumber foto: Istimewa

Buku tersebut diluncurkan pada kegiatan wisuda. Para peserta didik dapat menjadikan buku tersebut sebagai kado untuk orang tuanya. Hal menarik yang bisa saya petik, setiap cerpen yang ditulis para peserta didik seolah perjalanan mereka dalam mencari ilmu. Orang tua bisa membaca cerpen tersebut, meski sederhana, minimal memberi kabar bagaimana semangat anaknya belajar dan menemukan dunia baru dari sekolah.

Penutup tulisan ini, saya kutipkan satu sajak karya Ichwan Arifyang berjudul “Kelahiran Kedua” dari buku antologi “Zaman”, yaitu: “//siapakah yang mengetuk pintu itu/ suara angin mengumpulkan daun daun/ di halaman depan rumah. dan orang/ orang mencoba bunuh diri secara perlahan// satu menit kemudian,/ ada bocah bocah ingin kembali/ ke rahim ibunya.//”**

 

Catatan: Kolom Sastra GresikSatu diasuh oleh penyair dan penikmat seni rupa Aji Saiful Ramadhan yang tinggal di Gresik.

Daftar Bacaan

Ichwan Arif dkk (1996), “Zaman”, Surabaya: Forum Penyair Airlangga

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler