Tetangga Panji Gumilang Ungkap Masa Kecil Pimpinan Al-Zaytun saat di Gresik

GresikSatu | Panji Gumilang masih menjadi buah bibir di mata masyarakat, setelah beberapa videonya yang kontroversi viral di media sosial. Namun sosok masa kecil pimpinan Ponpes Al-Zaytun, diungkap para tetangganya saat masih tinggal di Desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun, Gresik. 

Salah satu tetangganya Munawwir (66) mengatakan, Panji Gumilang memang sejak kecil bersekolah di desa setempat. Di masa sekolah dasar ia belajar di sekolah rakyat Dukun, yang sekarang menjadi SDN Kalirejo. Lalu, melanjutkan pendidikannya, di Pondok Maskumambang dan Ihyaul Ulum. 

“Kalau pagi sekolah formal di Maskumambang, siangnya diniyah di Ihyaul Ulum,” ucapnya, Sabtu (24/6/2023). 

Lalu, melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di Pondok Gontor. Sampai kuliah di Jakarta. Menurut dia, dari penuturan Panji saat pulang ke rumah kelahirannya, Panji tidak pernah izin orang tua untuk pergi ke Jakarta. Namun, setelah berada disana Panji menjadi seorang pendidik yang sukses hingga membangun pondok Al-Zaytun. 

“Panji punya empat saudara, Panji anak kedua. Pertama Muhlisa, ketiga Yusuf Datok Agung Sidayu, ada di Jakarta menjadi kontraktor. Keempat, Abdul Wahib Rosyidi mantan Kades dua periode,” ujarnya. 

Nama Panji Gumilang sendiri, bukan nama sejak lahir. Melainkan, nama tersebut disematkan setelah Panji mempersunting perempuan idaman asal Banten, Jawa Barat. 

“Nama aslinya Abdus Salam. Nama Panji Gumilang dari Kiai Banten setelah nikah dengan orang Banten. Sama seperti adiknya saudara ketiga Yusuf Datok Agung Sidayu. Nama Datok Agung Sidayu juga berasal dari Thailand,” jelasnya.

Tetangga Panji Gumilang Ungkap Masa Kecil Pimpinan Al-Zaytun saat di Gresik
Foto Panji Gumilang Pinpinan Ponpes Al-Zaytun tertempel di rumah masa kecil di Gresik. (Foto : Faiz/Gresiksatu.com)

Sejak mondok di Gontor, Panji sering menjadi Imam Masjid saat pulang dari pondok. Bahkan menjadi khotib saat jumatan. Serta mengajar ngaji Al- Qur’an di Dusun ini. 

“Saya termasuk muridnya. Sistem mengajarnya sangat menyenangkan. Tidak pernah menampakkan organisasi. Menerangkan agama tidak pernah menampakkan kelompok. Netral orangnya,” paparnya. 

Saat nikah lanjut dia, juga tidak acara pernikahan di Dusun ini. Hanya syukuran saja. Bahkan, dulu dua anak Panjo sekolah di Maskumambang setelah sekolah MTS, diambil ke Banten rumah istrinya. 

“Sekitar tahun 1992 mendirikan pondok di Indramayu,” imbuhnya. 

Sebenarnya, Panji ingin mendirikan Pondok disini. Namun, mengingat Desa ini banyak pondok, juga ada pondok besar. 

“Yang saya tau Panji punya kepedulian di dunia pendidikan. Tidak pernah ajak yang aneh dan tidak pernah mempromosikan gerakannya. Warga pun tidak ada rasa curigai,” ujarnya. 

Lalu, ketika menjadi pemimpin Pondok Pesantren Al – Zaytun, diakuinya cara memikat orang, bicara menyenangkan itu dimiliki Panji. Lalu Panji juga punya rencana bangun pesantren. Mencari tanah yang paling murah. 

“Awalnya di Banyuwangi, tapi karena tanah mahal, Panji memilih Indramayu,” tuturnya. 

“Setiap Idul Fitri atau punya hajatan keluarga pulang. Namun hanya sebentar satu sampai dua hari saja. Kalau hari raya Idul Adha sumbang sapi. Tahun ini sudah ada dua sapi yang dikirim beserta beras dan minyak goreng. Untuk dibagikan ke masyarakat sekitar. Meliputi Dusun Siraman, Gopaan, dan Karanganyar,” tambahnya. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler