Derita Warga Bawean Gresik, Merayakan Hari Raya Idul Fitri di tengah Ancaman Gempa

GresikSatu | Perayaan hari raya Idul fitri tahun ini di Bawean Gresik benar-benar membuat perasaan was-was. Bagaimana tidak, di tengah perayaan kemenangan umat muslim lainnya, warga di sana harus menerima ancaman gempa susulan.

Bahkan, di hari raya Idul fitri ke tiga kemarin, gempa susulan ke 550 kali, kembali menguncang Pulau Bawean dengan kejutan magnitudo 4,3 di kedalaman 10 Km.

Tak heran dalam perayaan kali ini, mereka bahkan bertahan di dalam tenda darurat atau pengungsian. Sebagian mereka bahkan melakukan tradisi silaturahim hari raya Idul fitri di dalam tenda pengungsian.

Hal ini dikarenakan rumah para warga sudah banyak yang rusak, dan sebagian sudah tidak layak dihuni. Ditambah sebagian dari mereka masih takut lantaran beberapa hari terakhir ini, masih terjadi gempa susulan. 

Di Dusun Pamasaran, Desa Dekatagung, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, misalnya. Disana warga menikmati hari raya di pengungsian.

Tampak beberapa aneka jajanan hari raya disugukan di tenda pengungsian. Beserta tempat tidur dan dapur kecil yang disiapkan. 

“Sudah tidak berada di rumah sejak gempa pada tanggal 22 Maret 2024 lalu. Hingga saat ini, masih berada di tenda pengungsian. Termasuk menerima tamu keluarga juga disini. Rumah sudah hancur,” ucap warga setempat, Nurul Wahida, Minggu (14/4/2024) 

Perempuan asal Dusun Pamasaran, Desa Dekatagung, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean ini, menyebut sudah hampir sebulan berada di tenda pengungsian. 

“Kemarin, Jum’at (12/4/2024), masih terjadi gempa susulan dua kali. Sangat kerasa sekali. Saya tidur langsung ditarik suami di tenda ini,” ujarnya. 

Hingga saat ini, dirinya bersama beberapa warga lainnya di Dusun setempat masih takut ke rumah. Lantaran masih terjadi gempa susulan. 

“Ya di tenda ini kami masak, tidur, makan disini semua. Ke rumah hanya ambil barang berharga dan barang kebutuhan,” jelasnya. 

Dirinya berharap, beberapa bantuan kembali tersalurkan. Seperti sembako, tikar, alas tidur. Yang paling penting bantuan hunian sementara. 

“Tapi yang terpenting masyarakat membutuhkan Huntara, karena saat ini warga masih trauma dan beberapa warga juga ada yang sakit. Tidak sempat mau hiburan atau wisata keliling Bawean,” paparnya. 

“Kalau hujan, ya seperti ini kadang basah dan sangat mengkhawatirkan, tapi mau gimana lagi. Disini ada balita, anak-anak dan orang tua. Ada empat KK berada di tenda ini,”tambahnya. 

Hal yang sama juga disampaikan oleh warga lainnya Fadlun, selain rumah, tempat ibadah Mushollah, di Dusun setempat juga rusak. 

Warga pun membuat tenda khusus untuk sholat. Sebelum dibuatkan  tenda khusus ini, biasanya mereka sholat di jalan poros desa. 

“Mulai awal gempa sampai hari ini, warga masih sholat di tenda. Tenda ini Sekaligus tempat istirahat bagi warga yang rumahnya ambruk dampak gempa,” ucapnya. 

Diakuinya, hal yang dikhawatirkan di tenda saat malam hari. Ada binatang ular atau nyamuk dan binatang serangga lainnya. 

“Saya sangat trauma sekali. Hingga saat ini saya tidak berani masuk Mushollah. Kebetulan saat gempa, saya ada di Mushollah,” lanjutnya. 

Diketahui, di Dusun tersebut, setidaknya ada 30 rumah dari 60 rumah yang terdampak gempa. Mulai rusak ringan, sedang, dan berat. 

Selain di Dusun setempat, beberapa warga yang masih mengungsi ada di 

Dusun Dedawang, Desa Telukjatidawang, Kecamatan Tambak, Dusun Raba Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura.

Reporter:
Mifathul Faiz
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres