GresikSatu | Puluhan warga Malaysia keturunan Bawean dari Desa Sukaoneng, Kecamatan Tambak, mendatangi ke Pulau Bawean, Gresik, pada Minggu (21/4/2024) kemarin.
Kehadiran mereka disambut hangat oleh warga setempat, yang tergabung dalam komunitas Nangger Bersaudara. Di sana, mereka disuguhi lantunan sholawat dan seni Dhungka, serta menikmati hidangan khas Pulau Bawean, Kella Celok, dan ikan bakar.
Kedatangan ini tidak hanya sebagai ajang melepas kerinduan akan keluarga di tanah air, tetapi juga sebagai momen untuk mempererat tali silaturahim di bulan Syawal Hijriah.
Moh Tempal, perwakilan Nangger Bersaudara dari Malaysia, mengungkapkan bahwa sekitar 33 orang berkunjung ke kampung halaman mereka di Dusun Nangger, Desa Sukaoneng, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean.
“Ini kebetulan ada walimatul ursy saudara, sekalian satu rombongan datang ke kampung halaman,” ungkapnya pada Senin (22/4/2024).
Kehadiran para perantau ini sungguh membanggakan bagi keluarga di Bawean, terutama bagi mereka yang sudah puluhan tahun tidak menyentuh tanah kelahiran.
“Pulang ke kampung halaman ini sungguh menyenangkan, apalagi bisa menikmati hidangan cumi, ikan bakar, dan kuliner khas Bawean lainnya,” tambahnya.
Dalam suasana penuh kehangatan, pihak rombongan turut menyampaikan terima kasih kepada warga Dusun Nangger yang selalu kompak dan ramah.
Mereka berharap agar hubungan antara masyarakat Bawean, khususnya Dusun Nangger, dengan saudara-saudara mereka di Malaysia semakin erat dan langgeng.
“Nantinya, kami berencana untuk pulang ke kampung halaman setiap dua tahun sekali,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Desa Sukaoneng, Abdul Hayyi menegaskan bahwa kedatangan rombongan warga Malaysia tidak hanya dalam rangka acara pernikahan.
Tetapi juga sebagai upaya untuk mempererat silaturahim dengan keluarga di Pulau Bawean, khususnya Dusun Nangger.
“Ada yang sudah 20 hingga 40 tahun tinggal di Malaysia dan belum pernah kembali ke Bawean. Sekarang, mereka semua bisa berkumpul untuk melepas kerinduan akan keluarga,” ujarnya.
Meskipun Pulau Bawean masih dalam proses pemulihan pasca-gempa yang mengguncang, kedatangan rombongan ini, dianggap Hayyi menjadi bentuk penyembuhan trauma bagi warga yang terdampak.
“Kedatangan ini membawa kegembiraan dan juga sebagai upaya penyembuhan trauma bagi warga kami. Semoga rasa takut mereka terobati dengan kehadiran saudara-saudara dari Malaysia,” tuturnya.
Dia juga menambahkan bahwa kedatangan rombongan Malaysia ini merupakan yang pertama kali dilakukan dalam skala sebesar ini. Sebelumnya, hanya beberapa orang saja yang berkunjung ke Bawean.
“Selama kunjungan mereka, kami juga memperkenalkan seni Dhungka sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya lokal. Kami berharap agar mereka dapat mengenal dan turut serta dalam menjaga keberlangsungan budaya ini,” tambahnya.