Sulap Kawasan Rawan Banjir Jadi Sektor Perkebunan, Petani Milenial Gresik Dongkrak Pertumbuhan EkonomiĀ 

0
Gresiksatu.com
Petani milenial Benjeng Gresik saat memanen hasil perkebunan sayur organik (Foto : Chofifah/gresiksatu.com)

GresikSatu | Kelompok petani milenial Desa Kalipadang, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, sukses ubah kawasan langganan banjir menjadi sektor perkebunan tanaman sayur. Upapaya ini dikalim bisa mendongkrak ekonomi masyarakan rentan di bantaran sungai Lamong.

Produktivitas perkebunan petani milenial dilakukan dengan memanfaatkan segala lini, mulai dari bibit, inovasi teknologi, sarana prasarana, pembuatan pupuk ramah lingkungan, dan pemanfaatan lahan kosong.

Salah satu petani milenial, Agung Saputro (27) mengatakan, menangkap peluang dalam komoditas sayur, yakni keuntungan yang lebih besar dan masa panen yang lebih pendek yaitu 20 sampai 30 hari.Ā 

“Saya menangkap peluang usaha dalam perkebun sayur yang saya jalankan. Omset yang diraup sekali panen mencapai 12 juta per hektar, produk sayur juga mudah terserap pasar. Kita tidak perlu repot soal pemasaranā€ ujarnya, Selasa (17/1/2023).

Ruang usaha dan industri pertanian semakin tampak saat pandemi Covid-19, bisnis sayur tidak terdampak, bahkan keuntungan yang didapat semakin meningkat. Peluang tersebut menjadikan pekerjaan yang semula banyak diisi oleh orang tua, bergeser menjadi penghasilan menjanjikan.

“Keuntungan inilah yang menjadi daya tarik untuk kelompok milenial, saat ini hampir 70 persen warga menggantungkan hidup dengan menanam bayam, kangkung, dan sawi di lahan miliknya. Bukan hanya memenuhi kebutuhan lokal Gresik, namun diekspor hingga luar daerah seperti Surabaya, Lamongan dan Sidoarjo,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala desa Kalipadang, Candra Prasetya Suwandi mengungkapkan perangkat teknologi modern Sprinkle yang dipakai petani milenial, yaitu alat penyiram tanaman otomatis yang berputar 360 derajat dan dapat bekerja hingga 50 meter.

ā€œSpringkle menjadi sistem irigasi yang dapat diterapkan di lahan pertanian, alat tersebut efektif dan efisien untuk mempertahankan produktifitas lahan meski jumlah ketersediaan air menipis,” katanya.

Dikatakan, warga di Desa Kalipadang membuat waduk penampung air sebagai sumber irigasi perkebunan saat musim kemarau tiba.Ā 

ā€œKita bertumpu pada Waduk tadah hujan saat musim kemarau, masalahnya hanya itu yang diandalkan, bila mengalami kekeringan petani kesulitan mendapatkan air. Semoga ada dukungan dari Pemkab Gresik dengan menyediakan sumur bor agar produktivitas tidak terhenti,ā€œ harapnya.

Lebih jauh, Candra mengungkapkan, pemanfaatan perkebunan nantinya sebagaiĀ  destinasi wisata anak yang diberi nama wisata edukasi Agro Petrik Sayur.

ā€œMengharap dukungan semua, agar tekad kami dalam memfasilitasi minat masyarakat untuk belajar urban farming atau bercocok tanam di perkotaan, mulai dari pembibitan, pemupukan, panen, hingga pengemasan dan pemasaran secepatnya terwujud,ā€ pungkasnya. (ovi/aam)