Susu Serigala

Oleh : Priyandono*

AS.Roma adalah tim liga seri A favorit saya. Oleh sebab itu ketika ada kesempatan diajak jalan jalan ke Italia (sebelum pendemi) saya sempatkan nonton Francisco Totti dan kawan-kawan berlaga. Kala itu Roma bentrok lawan Juventus. Selain aksi seniman bola Italia yang memukau, ada satu hal yang menurut saya juga menarik. Apa itu? Logo yang ada di kostum AS Roma. Remus dan Remullus sedang menyusu Capitoline Wolf atau serigala betina.

Logo itu mengingatkan saya pada mitologi Romawi Kuno. Remus dan Romulus adalah saudara kembar hasil perselingkuhan Rhea Silvia dengan Dewa Mars. Tersebab dideteksi akan melakukan kudeta, dia akhirnya ditenggelamkan di sungai Tiber. Akan tetapi berhasil diselamatkan seekor serigala betina. Bocah kembar itu akhirnya menyusu serigala betina itu hingga tumbuh dewasa.

Setelah besar dan kuat, mereka meninggalkan hutan dan berencana mendirikan bukit. Romulus lebih suka dengan Bukit Palatine, di atas Lupercal (masih di kawasan Kota Roma), sementara Remus lebih suka Bukit Aventine. Perselisihan pun tidak bisa dihindarkan. Dikabarkan Remus dibunuh oleh Romulus atau salah satu pengikutnya.

Romulus akhirnya berhasil mendirikan kota Roma. Ia pun menjadi raja pertama dan berkuasa dalam waktu yang cukup lama. Kota Roma dibangun di atas keangkuhannya. Tanpa belas kasihan Romulus mengangkangi hak hak rakyat serta menginjak rakyat yang lemah. Ia lupa, bahwa dia menjadi kuat itu ada pihak lain yang menyokongnya. Ia tumbuh dewasa dan kuat setelah menyusu Capitoline Wolf. Serigala betina.

Begitulah, mitologi Italia itu memberikan sebuah contoh pembelajaran pada manusia. Sejak dulu manusia selalu bertikai untuk menjadi penguasa. Ironisnya, setiap kemenangan yang didapat dibangun di atas keserakahan, fitnah, penindasan dan kemunafikan.

Mitologi Itali ini seolah hadir kembali. Fenomena para pemuja jabatan “menyusu” penguasa jamak kita dengar. Setelah kuat dan menduduki jabatan, mereka abai terhadap layanan masyarakat. Setiap jabatan yang didapat dikonstruksi melalui KKN. Tindakan dan ucapannya dibangun di atas kepongahan dan kesombongan. Akibatnya, orang lain banyak yang putus asa.

Mari, kita mengingat kembali pesan KH. Abdurrahman Wahid. Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan hingga mati-matian. Jabatan, kemuliaan dan kehormatan itu tidak kekal. Dia bersifat sementara. kalau bukan atas kehendak-Nya, hindari dan jangan meminta tanggungjawab, apalagi “ngroyok” jabatan yang hanya akan membuat hidup ini terus dibayangi kenistaan.

Yuk, kita raih segala bentuk jabatan, kemuliaan dan kehormatan secara natural. Mari kita wujudkan semua mimpi setelah benar benar kita renungkan bersama zat yang menjadi sumber segala sebab. Bukan karena memanfaatkan fasilitas kekuasaan orang lain. Kalau masih kurang percaya diri dan gemar ‘nyrunthul” memanfaatkan kekuasaan. orang lain, maka anda tergolong orang-orang yang menyusu serigala. Maafkan, saya.

*Penulis adalah tenaga pengawas sekolah di Dinas Cabang Pendidikan Gresik. 

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres