Cerita Santri Bawean Gresik Berhenti Mondok Karena Tak Kuat dengan Perilaku Kiai Cabul

GresikSatu | Kasus pencabulan yang dilakukan oleh NS, seorang Kiai cabul di Pulau Bawean, masih menyisakan cerita pilu di masyarakat. Salah satunya dari santri yang pernah mondok di Ponpes Tahfidz Hidayatul Qur’an Dusun Kalimalang, Desa Daun, Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean itu.

Sebut saja namanya Mawar. Perempuan yang masih duduk di kelas s XI sekolah menengah atas ini, memilih berenti mondok. Lantaran tidak kuat dan mendapat perlakuan tak Senonoh oleh sang Kiai.

Dia menceritakan, sejak awal nyantri di ponpes tersebut sudah sering mendengar cerita-cerita tak wajar dari teman-temannya, tentang sepak terjang sang Kiai pengasuhnya.

Namun dirinya tak percaya begitu saja karena sejak tiga bulan pertama mondok tidak pernah diperlakukan tak wajar oleh pengasuh yang berinisial NS.

Baru setelah tiga bulan lebih nyantri disana, dirinya mendapat giliran dipanggil pertama kalinya oleh NS untuk memijatnya, tepatnya di kamar atas rumahnya.

Alangkah terkejutnya Mawar, tatkala sang Kiai yang seharusnya menjadi teladan santrinya, malah memerintah Mawar untuk memijat Kemaluannya, dan mencoba meraba dan menciumnya.

“Setelah tiga bulan mondok disana baru saya mendapat giliran pertama kali untuk memijat kiai, saya disuru memegang kemaluannya, tapi tidak mau, tangan saya dipegang kuat sekali,” ceritanya, Selasa (26/12/2023).

Dengan sekuat tenaga, Mawar pun meronta dan bisa melepaskan pegangan kiainya. Dia pun langsung berhambur keluar kamar yang sengaja dikunci oleh NS, beruntung posisi kunci masih tergantung di pintu kamar.

Sejak saat itu, Mawar trauma selalu dihantui rasa takut akan dipanggil untuk dicabuli dengan modus diminta memijat kiainya lagi.

Tak berhenti disitu, kejadian serupa selalu dialami Mawar, dengan alasan yang sama lagi-lagi untuk memijat sang Kiai. Mawar selalu saja meronta, menolak dan hanya bisa menangis.

“Semua teman-teman di pondok tidak ada yang tenang takut dipanggil Kiai, kecuali kalau kiai layar, teman-teman di Pondok baru bisa tenang,” jelasnya.

Pada akhirnya, Mawar tidak kuat lagi oleh perlakuan tak senonoh sang Kiai. Bahkan Mawar ditampar dan dipukul hingga lebam lantaran menolak perintah kiainya. Kemudian Mawar meminta ibunya supaya segera menjemputnya ke Pondok.

“Saya selalu menolak dan menangis, kata kiai, kalau menolak perintah kiainya tidak akan selamat dunia akhirat dan semoga menjadi pelacur dimana-mana,” tuturnya.

“Sudah sekitar satu tahun setengah menimbah ilmu di ponpes tersebut untuk menghafal Al Qur’an,” tambahnya memungkasi. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres