GresikSatu | Di Desa Banjarsari, Kecamatan Cerme, kini tak semuanya sampah plastik berkahir jadi limbah. Mereka mengubahnya menjadi kerajinan tangan yang menarik. Sampah tersebut diubah menjadi tas cantik layak jual.
Bahkan, penjualan tas yang dikerjakan ibu-ibu ini sudah meroket ke pasar domestik hingga Negeri Belanda. Olahan sampah plastik berbagai produk tersebut, dinggap bisa menjadi solusi kongkrit persoalan lingkungan.
Wiwik Pujianti (41) perajin asal desa setempat mengatakan, ide mengembangkan tas dari limbah pastik bermula dari keresahan dirinya yang melihat banyaknya sampah berserakan di lingkuanganya. Ditambah, Sifat sampah plastik yang tidak mudah diurai, menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan.
“Awalnya lihat fashion ibu-ibu saat kondangan, tak amati kalau bajunya kuning tasnya juga sama. Dari situ muncul ide buat tas dari olahan limbah. Apalagi kantong platik kan juga memiliki warna beragam,” katanya, saat ditemui di acara lauching produk Desa Banjarsari, Selasa (7/12/2021).
Olahan dari limbah plastik, milik ibu-ibu Desa Banjarsari ini memiliki berbagai macam produk. Dari tas belanja, tas goodybag, dompet hingga pakain rompi khusus pemain bola.
Sedangkan cara pembuatan sampah plastik menjadi tas cantik, cukup mudah. Sampah plastik yang kotor itu dibersihkan terlebih dahulu. Lalu dikeringkan, kemudian plastik disetrika menggunakan alat setrika.
Agar plastik tidak meleleh terkena suhu panas saat disetrika, di atasnya harus dilapisi dengan kertas. Sembari itu, perajin akan memotong bahan sesuai desain yang sudah dibuat. Tidak lupa, lapisan dalam tas juga terbuat dari bahan bekas tas berkat, yakni spondbon.
“Selanjutnya bahan yang sudah digunting, kemudian dijahit lalu terbentuklah tas yang kami pasarkan itu,” terangnya.
Untuk penjualan, Wiwik memanfaatkan media sosial sebagai media promosi. Ia bisa menjual dari pasar domestik hingga ke Negeri Belanda. Rata-rata harga jual tas milik kerajinan ibu-ibu Desa Banjarsari ini, paling murah kisaran Rp 30 ribu dan paling mahal kisaran Rp 150 ribu.
Baca Juga : Pencalonan Khoirul Huda Diprediksi mulus dan Aklamasi oleh tim formatur
Sementara itu, Kades Banjarsari Agus Suwondo mengatakan, kerajinan ini sebagai bentuk meningkatkan ekonomi kerakyatan, serta mengubah sampah menjadi nilai rupiah rumah tangga.
“Belum secara resmi ekspor hanya dibawa teman kita disana mencoba memasarkan disana, kalau lebih bagus secara resmi kita ekspor ke Belanda,” bebernya.
“Kami sudah kirim satu box, isi 100 tas. Di Belanda laku 350 ribu disini jual Rp 100 ribu,” tambahnya. (sah)