Kisah Local Hero Asal Bojonegoro, Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif

GresikSatu | Persoalan sampah hingga kini masih menjadi problem yang belum bisa terselesaikan. Terlebih penyebab utamanya adalah manusia sendiri dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan yang berdampak jangka panjang dalam kerusakan lingkungan.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 sendiri, jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola. Sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.

Dari banyaknya problem sampah di Indonesia, ada sederet cerita menarik dari Imam Mukhlas local hero Desa Sendangharjo, Ngasem, Bojongoro, Jawa Timur. Ia bersama pemuda lain, mampu mengurangi sampah dengan mengubah menjadi energi. Sampah itu dikelola menjadi berbagai produk. Mulai dari pupuk organik hingga bahan bakar alternatif.

Imam Mukhlas membawa berkah ekonomi bagi masyarakat Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Ia menjadi pelopor para pemuda untuk mengubah sesuatu yang tak bernilai apa-apa, menjadi nilai ekonomis.

Cerita insiparatif Imam Mukhlas bermula pada tahun 2012, saat dirinya mulai resah dengan kondisi lingkungannya. Mula-mula ia mengumpulkan para pemuda untuk membuat gebrakan menabung sampah. Setiap kegiatan tahlilan atau mengaji ibu-ibu ia berusaha melakukan sosialisasi.

“Sebagai pemantiknya, inovasi ini diintegrasikan dengan menabung sampah untuk bayar pajak PBB,” kata Imam saat menjadi narasumber di acara Media Gathering ragional Indonesia Timur di Yogjakarta, Senin (25/9/2023).

Kisah Local Hero Asal Bojonegoro, Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif
Imam Mukhlas local hero Desa Sendangharjo, Ngasem, Bojongoro (Dua dari kiri) saat menjadi narasumber Media Gathering Pertamina EP Cepu di Yogjakarta. (Foto : Aam Alamsyah/Gresiksatu.com)

Diakui, pertama kali menjalankan program ini, sempat mendapatkan penolakan berbagai kalangan. Atas kegigihan Imam meyakinkan para ibu-ibu, ia akhirnya mendapatkan kepercayaan. Dalam tahun awal, ia bisa mengumpulkan 350 kelugara mengikuti nabung sampah untuk membayar pajak PBB.

“Setiap orang kan biaya pajak PBB kan beda-beda. Ada yang Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu. Alhamdulillah dalam setahun, semua pajak yang mengikuti program ini terbayarkan,” terangnya.

Berjalannya waktu, Imam mulai memikirkan progam kembangan dari nabung sampah. Alhasil tercetusalah program “Si Imut My Darling” atau integrasi ikan-magot-unggas-dan ternak bersama masyarakat sadar lingkungan.

“Program ini mengurai sampah organik menjadi larva serta pupuk bekas magot hasil dari uraian sampah,” bebernya.

Mengurusi sampah organik dengan metode ini, memiliki banyak manfaat. Diantaranya, masa panen yang singkat selama 45 hari, aplikatif dan ramah lingkungan, menghasilkan 4 produk bernilai ekonomi dan zero waste.

“Progam ini muncul pada tahun 2019 saat pertama kali covid-19 mulai mewabah dan banyak orang di desa mulai kehilangan pekerjaan. Dari sana, kami mulai rekrut kebetulan di dekat tempat kami ada pasar sehingga memudahkan untuk memungut sampah organik,” terangnya.

Ubah Sampah Jadi Energi

Imam sendiri berkeyakinan, mengolah sampah tidak cukup jika dirinya sendiri. Ia memikirkan caranya, agar program ini terus diintegrasikan ke banyak produk. Dari sana munculah program olah sampah jadi sumber bahan bakar alternatif dengan menggunakan mesin fast pyrolysis.

“Sampah non organik terutama sampah plastik dan styrofoam diolah menjadi bahan bakar alternatif. Cara ini mungkin kami tidak mengawali, tapi kami pertama kali di Jawa Timur,” ujarnya.

Mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar tidak lah sulit. Kata Imam, sampah plastik yang tidak memiliki nilai jual diolah dengan menggunakan mesin fast pyrolysis, kemudian diubah menjadi bahan bakar alternatif. Kendati demikian, keberhasilan mengubah sampah menajdi sumber energi tidak dikomersialkan. Bahan bakar alternatif ini, hanya digunakan di kendaraan operasional timnya.

“Kami coba, ternyata bisa. Lumayan irit, tidak perlu membeli bahan bakar. Karena olahan sampah yang dikelola teman-teman dan saya, mampu mengubah dari plastik menjadi solar dan bensi premium,” jelasnya.

Dari aktivas selama mengelola sampah, setidaknya Imam telah telah mengurangi sampah yang dibuag di TPA sebanyak 17 tahun setiap bulannya. Bahkan dari mengolah sampah, organisasinya mampu meraih uang sebebsar Rp 60 juta rupiah.

Awal perjalanan membangun, Imam menyebut harus banting tulang demi membiayai programnya terus berjalan. Ia mulai menebar jaring dengan mendatangi perusahaan satu per satu. Kegigihan imam membuahkan hasil. Ia didorong penuh oleh Pertamina EP Cepu.

“Hampir setahun berjalan program ini tanpa pembiayaan dari siapapun. Akhirnya kami mendapatkan dukungan dari Pertamina EP Cepu, terimakasih banyak atas dukungan selama ini,” bebernya.

Kedatangan Pertamina EP Cepu diakui mengajari banyak hal. Mulai dari mengembangkan usaha seperti pemanfaatan mesin hingga pencatatan organisisasi. Ia berharap, energi positif mengelola sampah bisa menular dari beberapa desa disampingnya.

“Prinsip saya sederhana, saya ingat kata-kata Gus Dur. Ketika kita lahir banyak diantara mereka tertawa. Tapi saat kita meninggal, mereka sedih kita yang tertawa. Artinya, kehadiran kita membawa kebahagiaan dan ketika kita meninggal mereka menangis, berarti kehadiran kita sangat bermanfaat,” pungkasnya. (aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres