Menelusuri Jejak Sejarah Prasasti Kuno di Makam Sunan Giri Gresik

GresikSatu | Prasasti kuno berbahan kayu jati asli yang berada di Makam Sunan Giri Gresik terlestarikan dengan baik. Meski tak banyak dilirik peziarah yang datang, namun ia memiliki makna yang begitu dalam.

Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disparekrafbudpora) Kabupaten Gresik bekerja sama dengan ahli sejarah Gresik, Eko Jarwanto untuk menggelar kajian kesejarahan dan kajian epigrafi selama 30 hari sejak bulan September 2023.

Kaligrafi beraksara Arab pegon dengan ukiran halus ini awalnya ditemukan pada saat proses renovasi area toilet di salah satu tempat kompleks. Objek prasasti  tersebut belum pernah dilakukan kajian sama sekali sehingga dengan demikian belum ditemukan catatan- catatan ilmiah yang berhubungan dengan objek koleksi museum ini.

Budayawan Gresik, Eko Jarwanto mengatakan aksara yang dipakai adalah Pegon (Arab-Pegon) dengan bahasa Jawa (Krama Inggil). Prasasti terdiri dari 5 baris, yang ditutup sekelilingnya dengan garis bingkai dengan model pola kaligrafi kalimat dan angka.

“Prasasti ini berkisah tentang tokoh bernama Raden Panji Ngurawan Kusuma, seorang tokoh wedana di Kabupaten Gresik pada masa silam,” ungkapnya, Jum’at (27/10/2023).

Baris pertama berbunyi Punika Pengetan Kala Wapate Rahaden Panji Ngurawan Kusuma Wedana Distrike. Yang artinya penegasan tujuan dibuatnya prasasti (sebagai pengingat) peristiwa wafatnya tokoh bernama Raden Panji Ngurawan Kusuma. Gelar Raden Panji menunjukkan beliau golongan priyayi yang juga menjabat sebagai seorang Wedana.

Kemudian Baris kedua berbunyi Panagara Tandes Ing Malem Jemungah Wage Jam Setengah Kaleh Welas Tanggal 8 Dulhijah. Artinya seorang Wedana di Distrik Tandes  (nama kuno) dari Gresik dan menunjukkan tempo waktu peristiwa wafatnya tokoh (Raden Panji Ngurawan) pada Kamis Pon malem Jumat Wage, Pukul 23.30 tanggal 8 Dulhijah sistem kalender Jawa.

Selanjutnya di Baris ketiga, Warsa 1798 Wewontene Hijriyani Seda 1286 Atawa Tanggal 10 Maret 1870 yakni digunakan 3 sistem kalender dalam satu inskripsi. Penggunaan tahun ini jelas menunjukkan bahwa beliau seorang muslim yang memegang teguh budaya Jawa diantaranya 1879 (tahun Jawa), tahun Hijriyah 1286 H, tahun Masehi 10 Maret 1870 M.

“Wedana adalah jabatan di bawah. Sedangkan Bupati yang membawahi sebuah wilayah Kawedanan. Beliau juga pernah menjadi tim ketua pengadilan di Kabupaten Gresik tahun 1869 bersama dengan Bupati Gresik saat itu (Raden Tumenggung Ario Suryowinoto),” tuturnya.

Sementara di Baris keempat berbunyi Nalika Seda Pinanggih Yuswa 48 Tahun, Winata Ngasta Padamelan Gupermen Taun yang berisi informasi usia Raden Panji Ngurawan yang wafat saat umur 48 tahun. Meski tidak dijelaskan penyebab wafatnya, namun beliau pernah bekerja di Pemerintahan Gresik (Gupermen) sebagai pejabat (Wedana).

Terakhir di Baris 5 berbunyi 1845, Dados Lamine Nggenipun Ngasta Padamelan Pinanggih 24 Tahun. Hal ini menjelaskan lama beliau bekerja di pemerintahan, mulai bekerja tahun 1845 dan Wafat tahun 1870. Atau selama 24 tahun.

“Temuan inskripsi berbahan kayu di Giri ini serupa dengan keberadaan inskripsi di tempat Kompleks Makam Kanjeng sepuh dan Kompleks Makam Poesponegoro. Ketiganya menunjukkan adanya gejala persebaran budaya literasi terhadap aksara yang begitu tinggi di dalam masyarakat Gresik,” terangnya.

Gaya ukiran yang cukup indah dan unik juga  menunjukkan satu fakta bahwa masyarakat Gresik telah memiliki kemampuan dalam hal bidang seni kaligrafi (Islami).

“Arti Penting dari prasasti menunjukkan penanda tahun, kondisi struktur politik pemerintahan, kondisi perkembangan wilayah, kondisi budaya, dan kondisi sosial masyarakat,” pungkasnya. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler