GresikSatu | Warga pesisir di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik memiliki tradisi unik menjelang akhir Ramadan tepatnya 10 hari terakhir di bulan puasa, tradisi tersebut bernama Ritukan.
Ritukan merupakan salah satu budaya lokal membangunkan sahur yang dilakukan dengan sangat meriah. Mereka membunyikan berbagai alat musik, juga melantunkan sholawat agar umat muslim tak ketinggalan waktu sahur.
Tak hanya itu, Ritukan juga disertai dengan pawai seni budaya, seperti jaranan, pencak macan, dan reog.
Tim Litbang Dewan Kebudayaan Gresik, Muhammad Lutfi menjelaskan bahwa Ritukan merupakan Tradisi membangunkan sahur masyarakat Ujungpangkah, Gresik di 10 hari terakhir bulan Ramadan.
“Nama Ritukan diambil dari kependekan ritual ketuk Ramadan yang oleh masyarakat setempat digunakan untuk mengganti penyebutan patrol,” ungkapnya, Jum’at (5/4/2024).
Ritukan tak jauh beda dari tradisi membangunkan sahur (patrol) pada umumnya, yakni dilakukan dengan suara alat musik yang meriah.
Hanya saja, uniknya pada Ritukan adalah terdapat pada pawai-pawai seni-budaya (seperti jaranan, pencak macan, reog) dan dilakukan dengan melantunkan selawat saat membangunkan warga.
“Bagi masyarakat Ujungpangkah, tradisi ritukan menjadi momen khusus untuk berkumpul dan menikmati 10 hari terakhir bulan Ramadan,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Sekretatis Dewan Kebudayaan Kabupaten Gresik.
Tradisi ini biasanya digelar mulai pukul 00.30 atau 01.00 dini hari hingga menjelang sahur. Para warga akan berkumpul untuk melihat beragam aksi seni budaya pada setiap akhir Ramadan.
Selain sebagai penanda menyambut Lebaran, tradisi ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga.