Pameran Seni Open Lab 4.0: Melihat Dampak Industrialisasi di Gresik

GresikSatu | Menghadirkan wawasan mendalam terkait dampak industrialisasi di kota Gresik, Nabila Warda, kurator berbakat, menggelar kegiatan pameran seni Open Lab 4.0.

Acara yang berlangsung mulai tanggal 20 hingga 25 Januari 2023 di Kammari Gresik ini bertujuan memantik kesadaran warga terhadap perubahan signifikan yang terjadi dalam struktur kota.

Dengan tema “Membaca Industrialisasi Ruang Perkotaan Gresik,” pameran seni tersebut tidak hanya menjadi panggung bagi karya seni.

Tetapi juga sebagai medium refleksi sejarah perniagaan Gresik sejak abad ke-11. Pemahaman akan isu-isu lingkungan pun dihadirkan melalui tampilan videografi yang unik, memikat pengunjung untuk meresapi dinamika kota.

Pameran ini menampilkan beragam seni dengan tujuan mengajak masyarakat memahami evolusi sejarah industri yang menjadikan Gresik sebagai pusat ekonomi.

Kabupaten Gresik, yang dulunya dikenal sebagai kota santri, kini melangkah sebagai kota industri, menggeser citra masa lalu menjadi sebuah realitas ekonomi yang cemerlang.

Melalui pendekatan produksi seni kolaboratif, Nabila Warda, selaku kurator Open Lab 4.0, menjelaskan bahwa proyek ini bukan hanya menyuguhkan karya seni visual, tetapi juga membuka ruang diskusi.

Riset kolaboratif antara periset dan seniman, seperti Bethara Lendir, Perempuan Pengkaji Seni, dan Waftlab, menjadi landasan utama dalam menyajikan pameran yang kaya akan makna ini.

Bethara Lendir mengangkat isu agraria melalui musik modular, mencerminkan perubahan suara kota Gresik seiring dengan perkembangan zaman.

“Ada percikan kesadaran kepada masyarakat Gresik, selain itu tidak lupa kami hadirkan Narasi perempuan dalam industrialisasi,” ungkapnya, Senin (22/1/2024).

Sementara Perempuan Pengkaji Seni mendapatkan penemuan menarik tentang tokoh Syeikh Bandar Nyai Ageng Pinatih, bagaimana posisi perempuan dalam industri zaman dahulu dan saat ini. Di era kini, industrialisasi justru memenjarakan perempuan.

“Sebagai kurator perempuan tentunya saya cukup memerhatikan isu-isu yang saya ambil dengan menggunakan analisis gender, dampak industrialisasi yang dialami laki-laki tentunya berdampak 2 kali lipat bila ditimpakan pada perempuan,” tuturnya.

Sedangkan Waftlab tertarik mengangkat material temuan yang dianggap sebagai sampah, material tersebut kemudian diolah menjadi instrumen musik. Contohnya : bangkai kapal.

“Proses riset ini juga berkolaborasi dengan Gata Mahardika dan kammari, kami saling bertukar pikiran dan informasi untuk menguak sisi-sisi Industrialisasi dan dampak yang terjadi,” jelasnya.

Reporter:
Chofifah Qurotun Nida
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres