Telaga Sendang Sono Tradisi Mandi Saat Rebo Wekasan di Desa Suci 

GresikSatu | Satu diantara banyak tradisi yang masih dilestarikan di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik adalah tradisi Rebo Wekasan. Tradisi ini dilakukan sejak era Sunan Giri masih ada.

Biasanya masyarakat desa setempat merayakan dengan memanjaatkan do’a, mandi di Telaga Sendang Sono dan kirab tumpeng. Sampai akhirnya

Namun historis rebo wekasan sendiri tak luput dari keberadaan Sendang Sono. Telaga yang pertama kali ditemukan Dewi Retno Suwari atau lebih dikenal dengan Siti Fatimah Binti Maimun saat beristirahat di desa setempat.

Setelah ditemukan sumber Sendang Sono, Sunan Giri pun memerintahkan santrinya Skekh Jamaluddin Malik untuk melakukan tasyakuran. Serta tabarrukan karena mengambil barokah dari air itu. Dengan cara sholat malam, mandi malam, dan kebetulan aktivitas itu pada hari Rabu terakhir bulan Syafar.

Ritual itu kemudian mulai dilakukan dan menjadi tradisi tahunan. Setiap Rabu terakhir bulan Syafar banyak orang berkumpul di telaga itu, hingga ramai orang yang berjualan dan saat itu dinamakan tradisi Rebo Wekasan.

Tokoh Masyarakat Desa Suci H R Moch Syahid menyampaikan telaga tersebut berdekatan dengan Telaga Sendang Sono, telaga yang digunakan untuk tempat mandi para warga berjenis kelamin perempuan saat dulu, maka dari itu ditutupi dengan pagar pembatas.

“Setelah ketemu sumber mata air, dibuatlah telaga untuk kebutuhan masyarakat seperti mandi, minum, berwudhu. Sumber tersebut diantaranya : pertama Sendang Sono (tempat mandi perempuan),” jelasnya.

“Kedua Padusan lanang (untuk orang laki-laki) yang sekarang didirikan Kantor NU, selatannya sedikit Blumbang untuk mandi khusus keluarga yang memiliki tanah di daerah situ, kemudian Guyangan ini bekas pemandian ternak hewan. Dan terakhir Kolahan (khusus untuk wudhu) di Masjid Mambaut Tho’at,” ungkapnya, Senin (11/9/2023).

Akibat kemajuan zaman, air sumber tersebut tidak lagi mengalir, tidak lain akibat Gunung Ringgit yang saat ini dikenal sebagai kawasan penambangan Batu Kapur dikeruk semakin dalam untuk dijadikan bahan pembuatan rumah.

“Dulu air mengalir sangat jernih, keluar langsung dari dalam tanah sampai banyak yang menjadikannya sebagai obat. Entah untuk orang yang akan melahirkan, tak kunjung sembuh, bahkan ketika hendak melangsungkan pernikahan. Mereka rela berendam tengah malam di dalam Sendang. Tradisi udik-udik an di Desa Suci juga tidak ditabur diatas tanah seperti hari ini, melainkan di telaga Sendang Sono, anak-anak berebut uang sambil berenang,” jelasnya.

Dinamakan Sendang Sono sebab, terdapat satu pohon keramat yang hidup hingga saat ini. Berusia lebih dari 632 tahun, sebelum ditemukan oleh Syekh Jamaludin Malik.

“Ada 9 pohon yang mengitari mata air sumber, yakni : pohon Sono, pohon Beringin, pohon Randu, pohon Abar, pohon Kayu Tangan, dan 5 pohon trembesi. Saat ini pohon yang tertua tinggal pohon Sono sama pohon Sawo di Mambaut Thoat saja,” jelasnya. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres