20 Persen Lahan Tambak di Gresik Terdampak Kemarau Panjang

GresikSatu | Sebanyak 20 persen lahan yang difungsikan sebagai tempat budidaya ikan di Kabupaten Gresik mengalami kekeringan. Musim kemarau yang tak kunjung berganti berimbas kepada para petani tambak yang ingin mengolah lahannya segera.

Berdasarkan Data Dinas Perikanan Kabupaten Gresik, luas lahan tambak di Kabupaten Gresik mencapai 28.654 Hektar (Ha), jika sebanyak 20 persen dari total luas tambak berarti diperkirakan ada sebanyak 5.730 Hektar (Ha) yang terdampak kekeringan.

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Gresik Mohammad Nadlelah mengatakan, kemarau panjang karena dampak El-Nino atau kekeringan, budidaya ikan yang semula 3 kali hanya menjadi 2 kali saja.

“Untuk dampak El nino paling ya 20-30 persen lahan, tapi tidak ada yang sampai gagal panen. Sementara ini masih dimanfaatkan untuk proses pengeringan,” ungkapnya, Rabu (27/9/2023).

Baca juga:  Ditinggal Tidur di Gubuk, Tiga Hp Milik Petambak Sidayu Gresik Digondol Maling

Pengeringan dilakukan guna perbaikan baik salinitas, keasaman, penghilangan unsur yang beracun, airasi tanah dan sebagainya. Biasanya tanah akan diolah, dibajak, diberikan dolomit, dan diberi pupuk organik.

“Agar kualitas tanah untuk tambak lebih baik, serta ikan yang dibudidaya nanti akan lebih cepat bertumbuh besar,” terangnya.

Dinas Perikanan Gresik juga sudah menghimbau dan memberi pemahaman kepada petani tambak untuk waspada tentang dampak el nino agar bisa menyiasati pola budidayanya.

“Kami juga ada program pemberian pitap (perbaikan irigasi pertisipatip) satu poklina di 4 Kecamatan, mading poklina 180 juta ini merupakan dana dari Kemetrian Kelautan dan Perikanan berupa pemberian bantuan mesin pompa ke kelompok kelompok petani tambak,” jelasnya.

Baca juga:  Sektor Perikanan di Gresik Berpotensial, Dewan Minta Pemerintah Normalisasi Saluran Irigasi Tambak

Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Ratna Heri Sulistyowati menjelaskan lebih lanjut tentang proses pengeringan tambak. Salah satu tahapan untuk budidaya tambak adalah pengeringan tanah yang dilakukan selama 1 bulan lamanya.

“Selama ini ada 2 sistem dalam budidaya tambak, yakni tadah hujan dan mengandalkan sungai. Air menjadi media utama dalam budidaya ikan, sementara saat ini tengah kemarau,” jelasnya.

“Soal kendala musim kami belum tau, karena kalo petani bersikukuh tetap ingin memanfaatkan lahan untuk budidaya ikan otomatis berat diongkos BBM untuk sumur bor. Semoga saja lekas hujan, biasanya akhir bulan Oktober-November sudah hujan,” pungkasnya. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler