Mengenal Arca Buddha Perunggu Bawean, Jejak Agama Budha di Pulau Bawean Gresik

GresikSatu | Museum Sunan Giri diundang menjadi salah satu partisipan Pameran Bersama Museum Tahun 2023 di Tuban, dengan mengusung Arca Buddha Perunggu Bawean yang mewakili sarana keagaman di zamannya.

Arca Budha berbahan perunggu dan stupika tanah liat ini ditemukan oleh tim peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta di Situs Batusendi yang berada di komplek pemakaman Dusun Batusendi, Desa Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean pada Tahun 2018.

Penemuan Arca ini dilakukan melalui metode eskavasi yang didasarkan atas informasi ditemukannya stupika tanah liat beserta umpak batu.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparekrafbudpora) Kabupaten Gresik, Mudi Rahayu, mengungkapkan Arca ini ditemukan dalam kondisi fragmentaris berupa badan arca hingga bagian kepala, mudra, padmasana dan fragmen cawan.

Berdasarkan gaya pengarcaannya, yang lebih berkarakter sama dengan bentuk Arca Budha yang ditemukan di Sempaga Sulawesi. Para ahli berpendapat bahwa arca tersebut tidak dibuat di Indonesia.

“Temuan Arca Budha ini mempertegas bukti kehadiran Agama Budha di Pulau Bawean serta perannya dalam lintas pelayaran perdagangan antar pulau di Nusantara maupun antar benua,” ungkapnya, Rabu (4/10/2023).

Perkembangan Agama Budha di wilayah Kabupaten Gresik berkembang sejak abad IX M melalui perdagangan internasional di Pelabuhan Jaratan yang terletak di Muara Bengawan Solo. Bukti arkeologis berupa sarana peribadatan ditemukan merata di sepanjang aliran Sungai Bangawan Solo maupun pemukiman kuno di pedalaman.

Berdasarkan ikonografi, arca ini termasuk salah satu Arca Dhyani Buddha atau Panca Tathagata. Dhyani Buddha merupakan istilah bagi tokoh yang secara spiritual merupakan emanasi atau pancaran dari Adhibuddha.

“Para Dhyani Buddha mempunyai ciri yang mudah dikenali, digambarkan sebagai ikon yang bermeditasi dan sama sekali tidak mengenakan abharana. Tubuhnya hanya dibalut dengan jubah yang terdiri atas tiga helai kain, disebut trisiwara atau lagoi. Wajahnya yang tenang menggambarkan sikap meditasi,” tuturnya.

Sementara penggambaran Tathagatha lebih banyak dikenal sebagai sosok laki-laki yang tenang dan sedang duduk dalam sikap semadi atau bermeditasi. Sikap tersebut ditunjukkan dengan duduk dalam sikap vajrasana. Posisi kakinya bersila dengan telapak kaki terbuka ke atas, dan mata setengah terpejam menghadap ke arah hidung.

“Arca Budha beserta stupika tanah liat dari penelitian tersebut kemudian dihibahkan ke Museum Daerah Kabupaten Gresik Sunan Giri pada bulan Desember 2019,” jelasnya. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres