Sumber Air Melimpah, Bumdes Desa Grejeg Bawean, Sukses Kelola Air Minum dalam Kemasan

GresikSatu | Potensi alam pegunungan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, terus dimanfaatkan secara optimal oleh warga setempat. Puluhan bukit di pegunungan tidak hanya menjadi penopang kehidupan para petani dan nelayan, namun juga masyarakat umum secara luas.

Pulau Bawean sendiri memiliki 99 bukit pegunungan, masing-masing menyimpan sumber mata air yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu contohnya terdapat di Desa Grejeg, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean.

Desa yang terletak di tengah perbukitan tersebut berhasil memanfaatkan sumber mata air guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, Pemerintah Desa (Pemdes) setempat sukses mengembangkan usaha air minum dalam kemasan menggunakan sumber mata air di bukit tersebut.

Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di desa tersebut, dengan nama Bumdes Bina Usaha Desa Grejeg, berhasil mengelola usaha air minum dalam kemasan. Keberadaan Bumdes ini telah berjalan selama empat tahun sejak tahun 2019 dan kini menjadi satu-satunya usaha air minum yang ada di Pulau Bawean.

Direktur Bumdes Bina Usaha Desa Grejeg, Muammar Fikri, menyatakan bahwa usaha air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek Jumasem merupakan salah satu unit usaha Bumdes yang terus berkembang. Mereka menyediakan berbagai kemasan, mulai dari gelas, botol, hingga galon.

“Kemasan botol tersedia dalam ukuran 330 ml, 600 ml, dan 1.500 ml. Kemasan gelas dengan isi 240 ml per 48 gelas satu kardus, serta kemasan galon berukuran 19 liter,” ujarnya pada Jumat (17/11/2023).

Sumber Air Melimpah, Bumdes Desa Grejeg Bawean, Sukses Kelola Air Minum dalam Kemasan
Salah satu karyawan AMDK Jumasem bagian Teknisi Mesin Jumahat saat menujukkan alat filter air minum milik Bumdes Grejeg, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean (Foto :Faiz /Gresiksatu.com)

Fikri menambahkan bahwa selama empat tahun berjalan, usaha ini memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat, mulai dari pemenuhan kebutuhan air minum hingga penciptaan lapangan pekerjaan. Usaha ini juga memberikan pendapatan kepada desa melalui Anggaran Pendapatan Asli Desa (PADes).

“Dari tahun ke tahun, kami juga dapat membeli alat filter dan kemasan dengan total rata-rata Rp 25 hingga Rp 30 juta per tahun, belum termasuk biaya operasional. Omset bersih sekitar Rp 10 juta masuk ke kas Bumdes, dengan prosentase 10 persen untuk Desa,” jelasnya.

Fikri berharap AMDK Jumasem dapat terus berkembang dan menguasai pasar di Pulau Bawean. Saat ini, produknya paling banyak dipasarkan di Kecamatan Tambak, sebagian juga di Kecamatan Sangkapura.

“Kami masih dalam proses pengajuan izin BPOM dan sertifikasi halal. Setelah itu selesai, produk kami dapat dipasarkan di daratan Jawa, Gresik, dan daerah lainnya,” terangnya.

Proses pengolahan air minum melalui tiga tahap filterisasi dengan bantuan dua mesin. Salah satunya adalah mesin Ro (reverse osmosis), menggunakan teknologi mutakhir untuk menjernihkan air, serta mesin pompa sanyo yang menarik air dari dua tandon berkapasitas 10.000 liter.

Dalam operasionalnya, AMDK Jumasem melibatkan enam karyawan, termasuk teknisi, pengemas, dan sopir. Mereka mampu memproduksi lebih dari 100 galon air minum isi ulang setiap harinya, serta 20 krat botol dengan variasi ukuran. Mesin-mesin seperti mesin cup seller gelas dan mesin Ro senilai total Rp 170 juta telah menjadi bagian integral dari proses produksi di gedung seluas 11 x 5 meter persegi.

Harganya pun dibeberkan, di mana kemasan 330 ml dijual seharga Rp 26 ribu per krat, isi 24 botol. Kemasan 600 ml dibanderol Rp 19 ribu per krat, 12 botol, sementara kemasan 1.500 ml dihargai Rp 23 ribu per krat, isi 6 botol. Kardus berisi 48 gelas dijual seharga Rp 18 ribu, dan galon 19 liter isi ulang Rp 12 ribu, sedangkan jika dibeli bersamaan dengan galon, dihargai Rp 50 ribu per galon.

Sementara itu Kepala Desa Grejeg, Multazam, menyatakan bahwa Bumdes Bina Usaha Desa Grejeg dan AMDK Jumasem mengalami peningkatan signifikan. Permintaan kemasan botol dan galon semakin meningkat di seluruh Pulau Bawean.

“Saat ini semakin banyak permintaan. Baik dari kemasan botol, dan galon,”ujarnya.

Hanya saja, lanjut dia, Bumdes Jumasem ini, masih terkendala izin Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta sertifikasi halal

“Kami pihak Pemdes terus melakukan upaya mengajukan izin SNI dan BPOM. Kendala pengurusannya berskala pabrik besar. Ada laboratorium, dan lainnya. Padahal, kami hanya Bumdes saja,” tandasnya.

Kendati demikian, pihaknya menegaskan, meskipun masih ada beberapa pekerjaan rumah (PR) untuk kemajuan Bumdes, tidak akan terganggu dengan pemasaran yang sudah tersebar di Pulau Bawean.

“Kami sudah berupaya pembebasan lahan. Tentu, perlu ada keterlibatan Pemkab Gresik untuk membantu modal maupun kemudahan untuk mendapatkan izin SNI dan BPOM,” tuturnya memungkasi. (faiz/aam) 

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres