Atasi Persoalan Sampah Organik, TPA Ngipik Budidayakan Maggot

GresikSatu | Dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat sampah organik, seperti daun dan sisa sayuran rumah tangga, TPA Ngipik telah mengambil langkah dengan mempraktikkan budidaya maggot.

Maggot adalah larva yang dihasilkan oleh lalat Black Soldier Fly (BSF) atau dalam bahasa Latin dikenal sebagai Hermetia Illucens. Ukurannya lebih besar dan tubuhnya lebih panjang daripada lalat pada umumnya, dengan penampilan yang agak mirip dengan tawon hitam.

Siti Fitriah, seorang aktivis dari Bank Sampah Gresik, menjelaskan bahwa maggot dapat dikembangkan menjadi pakan untuk ikan dan unggas. Selain dapat mengatasi persoalan sampah, budidaya maggot juga berpotensi menghasilkan keuntungan finansial.

“Maggot ini berasal dari telur-telur kecil. Satu gram telur dapat menghasilkan sekitar 1000 ekor maggot. Dalam masa hidupnya, maggot ini mampu mendaur ulang sebanyak 3 kilogram sampah organik,” jelasnya pada Senin (5/6/2023).

Ketika masih berbentuk telur, makanan yang dikonsumsi oleh maggot adalah dedak, yang merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi dan terdiri dari lapisan luar butiran padi beserta sejumlah inti biji. Namun, setelah berubah menjadi larva, maggot ini mulai mengonsumsi daun kering dan limbah rumah tangga.

“Budidaya maggot ini cukup mudah dilakukan dan tidak memerlukan pemindahan tempat secara berkala. Jika kadar nutrisinya habis, maggot hanya perlu disaring dan diberikan nutrisi baru atau daun kering segar,” tambahnya.

Proses panen dari budidaya maggot ini bahkan tidak memerlukan waktu yang lama, hanya sekitar dua minggu, dan pada usia 30 hari larva tersebut akan menjadi lalat dewasa.

“Setelah berusia dua minggu, maggot ini dapat diambil dan dimanfaatkan di TPA. Di tempat-tempat penjualan pakan ternak, biasanya maggot ini dijual dengan harga Rp 7.000 per kilogram,” ungkapnya. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres