GresikSatu | Kabupaten Gresik memiliki warisan budaya yang terkenal sakti mandraguna, yaitu Keris Kalamunyeng. Senjata peninggalan Sunan Giri tersebut mampu menumbangkan ribuan prajurit gagah milik kerajaan Majapahit.
Budayawan Gresik Kris Adji AW menuturkan Wali Songo terkenal sebagai tokoh agama berpengaruh di Indonesia, Kabupaten Gresik yang menjadi jujukan salah satu wali (Sunan Giri) dalam menyebarkan islam memiliki andil besar dalam menjaga keberlangsungan hidup masyarakat Gresik.
“Sunan Giri terkenal dengan banyak karomahnya, mulai dari mata air hingga keberadaan keris Kalamunyeng,” ungkapnya, Senin (26/6/2023).
Pada Babad Tanah Jawa diceritakan tentang Kesaktian Keris Kalamunyeng, pengertian Keris Kalamunyeng memiliki 2 versi. Pertama bahwa keris ini berasal dari kalam, yaitu alat yang dipakai oleh Sunan Giri untuk menulis. Kedua, bahwa Keris Kalamunyeng adalah pisau yang dipergunakan untuk meruncingkan kalam tersebut.
“Cerita tentang Keris Kalamunyeng dimulai dari terjadinya pertempuran antara pasukan Giri dengan bala tentara Majapahit, saat itu beliau sedang khusyuk membaca Al-Quran, maka didapatkan sebuah pisau dan terdengar suara dari arah pisau tersebut, bahwa ia akan ikut bertempur melawan pasukan Majapahit. Pisau tersebut kemudian berubah menjadi sebuah keris, ia melayang dan berputar-putar menyerang pasukan Majapahit,” terangnya.
Latar belakang pasukan Majapahit menyerang Sunan Giri lantaran panglima militer Kesultanan Demak itu ingin melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Raja Majapahit Brawijaya yang naik pitam, ingin segera menumpaskan Sunan Giri seketika itu juga. Namun keajaiban datang, kerajaan Majapahit dibuat terbirit-birit melenggang dari Kawasan Giri (Kabupaten Gresik).
“Tidak sedikit bala tentara Majapahit yang meninggal di bawah keris Kalamunyeng saat itu,” ujarnya.
Setelah keris sakti tersebut menyelesaikan tugasnya, ia kembali kepada sang tuan dengan bersimbah darah.
“Sejak saat itu, Sunan Giri mentahbiskan keris yang berputar sendiri menyerang pasukan Majapahit dengan sebutan Kalamunyeng,” pungkasnya. (ovi/aam)