GresikSatu | Para nelayan Manyar Gresik memiliki tradisi khusus menjelang Ramadhan yakni Larung Sesaji.
Para warga melarungkan sesajian di tengah sungai sebagai bentuk syukur atas limpahan hasil laut yang didapat.
Larung sesaji merupakan upacara tradisi menjelang bulan suci Ramadan yang dilaksanakan di Balai Nelayan Kalimireng Desa Manyar Sidomukti.
Tradisi itu, digelar usai Tradisi Brahatan (Malam Nisyfu Sya’ban) hingga 3 hari sebelum Ramadan.
Sekretaris Desa Manyar Sidomukti Chusnul Busthomi mengaku larung sesaji merupakan tradisi yang turun temurun dilakukan oleh para nelayan Manyar Komplek (Manyarrejo, Manyarsidomukti, Manyarsidorukun), Karangrejo dan Banyutami.
“Kalimireng telah menjadi sumber kehidupan para nelayan setempat. Sebagai ungkapan syukur atas hasil laut selama setahun digelarlah Larung Sesaji,” ungkapnya, Rabu (6/3/2024).
Sesajian yang dilarung berisi kembang (mawar, kantil, dan sedap malam), bubur pelangi (bubur ombak), nasi tumpeng, 1 buah telur, serta kepala ayam, sayap ayam, dan kaki ayam.
Sesajian itu dilarung di 3 titik lokasi yakni titik pertama tidak jauh di tempat pemberangkatan perahu, titik kedua di daerah tanggok dekat Pabrik Jiipe, dan titik ketiga di dekat jembatan kecil yang biasa dilewati warga.
“Semoga para nelayan diberikan keselamatan, dan rezeki yang melimpah. Kegiatan ini juga bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai luhur,” terangnya.
Sementara itu, salah satu nelayan asal Desa Manyarsidorukun, Muhammad Suud mengaku ada mitos yang berkembang di kalangan nelayan.
Bahwa usai dilakukan larung sesaji, buaya di Kalimireng tidak akan mengganggu para nelayan.
“Saya sendiri sudah pernah didatangi 2 kali, pertama hanya lewat saja, sementara yang kedua saat saya menyebar jala,” bebernya.
“Buaya itu mengapung berukuran besar seperti perahu yang saya punya, ada gelembung air yang keluar saat dia memperlihatkan diri. Ya saya langsung kabur pulang,” tuturnya.