Setelah Diprotes, Kepala Sekolah SDN 19 Gresik Baru Mengelak Tak Mewajibkan Muridnya Beli Buku

GresikSatu | Polemik pembelian buku dan seragam di SDN 19 Gresik menuai protes dari kalangan wali murid. Mereka keberatan dengan nominal biaya yang dibebankan. Biaya itu, diduga diperuntukan untuk pembelian buku, seragam dan atribut lainnya. 

Menanggapi protes itu, Kepala Sekolah UPT SD Negeri 19 Gresik Naniek Mariawatie mengelak tentang aduan ratusan wali murid yang dilayangkan padanya. Ia mengaku tidak mewajibkan pembelian buku paket.

“Tidak wajib beli termasuk seragam, tapi ada beberapa buku yang memang hanya ada di sekolah, ada juga yang kami pinjami, ini hanya miss komunikasi,” jelasnya.

Sedangkan saat ditanya perihal buku paket kurikulum merdeka belajar untuk kelas apa saja, jawabannya cukup mengagetkan.

“Endak wajib seluruh kelas, disini hanya kelas 1, 2, 4, dan 6,” ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, Wali murid baru di SDN 19 Gresik mengaku kena prank, pasalnya saat mendaftar di sekolah tersebut tidak dipungut biaya, namun setelah masuk sekolah malah dikenai biaya Rp 1 juta.

Tidak tanggung-tanggung, biaya yang dibebani wali murid baru itu sebesar Rp 1.093.000. Biaya itu meliputi, kebutuhan seragam, buku, dan atribut lainnya. Hal ini dianggap memberatkan wali murid karena dana yang dibebankan di luar perkiraan.

Salah satu wali murid jelas 1 SD Nur (35) mengaku terbebani dengan nominal biaya tersebut. Apalagi nilai itu tidak sedikit dan harus dibayar langsung.

“Pendaftaran sekolahnya memang gratis, tapi sudah masuk kena biaya. Ini memberatkan, apalagi ini sekolah negeri,” katanya, Senin (31/7/2023).

Adapaun, besaran nilai Rp 1.093.000, itu meliputi beberapa paket. Diantaranya untuk kelas 1 terdiri dari 3 paket. Paket 1 yang terdiri dari atribut, seragam, kerudung, buku halus, buku tulis seharga Rp 400.000, Paket 2 seharga Rp 130.000, dan Paket 3 seharga Rp 563.000.

Nur menganggap, mahalnya biaya pendidikan di sekolah negeri itu, memberatkan dirinya di tengah kebutuhan pokok yang sedang naik. Apalagi beban pendidikan mahal menjadi sumber masalah tambahan.

“Ya gimana, gaada transparansi. Harga per bukunya saja diatas Rp 50.000, sedang kebutuhan anak kemudian rumah tangga sedang naik-naiknya,” jelasnya. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres